Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Animo Mudik saat Lebaran dan Surplus Daerah

Korneles Materay Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta
11/7/2016 01:15
Animo Mudik saat Lebaran dan Surplus Daerah
(ANTARA/Muhammad Iqbal)

MUDIK Lebaran bisa dikatakan sebagai ikonnya Idul Fitri.

Hari raya bagi umat muslim ini merupakan momen yang selalu ditunggu-tunggu.

Selain memperingatinya sebagai hari kemenangan, masyarakat luas juga menyempatkan diri untuk saling silaturahim, mempererat tali persaudaraan, kerukunan, dan kedamaian.

Kebiasaan mudik hampir serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Jika mencermati, pada saat mudik terjadi pergerakan masyarakat dari kota-kota besar menuju kota-kota kecil dan/atau daerah perdesaan.

Banyak orang dengan sangat antusias hendak menemui keluarga, kerabat, dan kenalan yang berada di kampung halamannya masing-masing.

Pemudik tidak pernah mengenal kondisi apa pun, mengabaikan biaya perjalanan yang mungkin relatif tinggi, kemacetan, bahkan cuaca buruk, asalkan bisa bertemu dengan orang-orang terkasih.

Menurut data Kementerian Perhubungan, memperkirakan arus mudik 2016 sekitar 30 juta orang.

Pada peristiwa mudik terlepas dari kendala-kendala yang ada, setidaknya ada keuntungan-keuntungan (surplus) bagi masyarakat dan daerah-daerah.

Melalui pergerakan massa dan dengan jumlah uang yang besar masuk ke daerah-daerah sudah pasti bakal menggerakkan perekonomian daerah.

Peningkatan kemampuan belanja masyarakat karena permintaan akan produksi besar.

Daerah-daerah dituntut untuk menyediakan bahan pokok yang banyak artinya produksi semakin meningkat, lantas uang masuk akan semakin banyak.

Potensi-potensi pariwisata daerah akan menjadi gudang uang karena banyak orang senang berpariwisata.

Pada titik fokus tertentu muncul gairah investasi di bidang-bidang potensial, seperti pertanian, pariwisata, peternakan, dan perkebunan.

Apalagi, yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan pokok selama musim mudik itu.

Kajian kreativitas akan semakin banyak, kebudayaan-kebudayaan daerah akan menjadi seni yang menarik untuk ditonton dan dihayati bersama.

Suasana sejuk dan senang di hati akan menyelimuti setiap insan pada waktu itu.

Maka, yang harus diperhatikan, terutama oleh pemerintah ialah bagaimana surplus daerah itu tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga menciptakan multiplier effect dalam jangka menengah panjang.

Perlu pembenahan infrastruktur atau sarana dan prasarana, peningkatan kualitas sumber daya manusia, kolaborasi antara teknologi dan seni, dan budaya-budaya lokal perlu digagas agar punya daya tawar tinggi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya