Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

CELOTEH: Belajar dari Ketupat

Ronal Surapradja
29/6/2016 07:45
CELOTEH: Belajar dari Ketupat
(MI/Permana)

LEBARAN sebentar lagi!! Wah, rasanya baru kemarin memulai puasa hari pertama, eh sekarang sudah mau udahan aja he he. Setiap Lebaran saya selalu teringat masa kecil saya yang indah di saat makanan Lebaran itu dibikin, bukan dibeli. Saya dengan senang hati menemani emak (nenek) membuat beragam makanan dan ikut belanja besar ke pasar atau yang kecil ke warung. Walhasil kue Lebaran rasanya lebih nikmat karena tahu capainya membuat.

Beda lagi dengan eyang (kakek). Beliau pasti disibukkan dengan membuat ketupat. Dulu, eyang selalu beli janur dan menganyamnya sendiri, sedangkan tugas saya memasukkan beras ke dalam bungkus ketupat lalu menjaga api tungku supaya tidak mati dengan cara meniup selongsong bambu hingga ada jelaga hitam di sekitar mulut setelah melakukannya he he. Ketupat begitu identik dengan Idul Fitri. Ketupat Lebaran berarti khusus. Coba kita perhatikan bungkus ketupat, rumit kan? Itu mencerminkan beragam kesalahan manusia.

Bungkusnya yang rumit mencerminkan beragam kesalahan manusia. Namun, setelah ketupat dibuka, akan terlihat nasi putih. Hal itu mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon maaf dari segala kesalahan. Menurut sejarah, yang pertama kali mengenalkan ketupat dalam perayaan Idul Fitri itu ialah Sunan Kalijaga. Ketupat atau kupat (bahasa Jawa dan Sunda) merupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan. Kita emang jago kalau bikin singkatan deh he he. Ngaku lepat atau mengakui kesalahan dengan meminta maaf ialah salah satu agenda penting saat Idul Fitri kan? Diawali dengan sungkeman bersimpuh di hadapan orang tua untuk meminta maaf. Sampai sekarang ini selalu menjadi momen banjir air mata bagi saya.

Ngaku lepat sudah, sekarang laku papat: empat tindakan yang dilakukan saat Idul Fitri. Hal itu adalah lebaran, luberan, leburan, laburan. Yang pertama Lebaran yang bermakna usai atau berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Yang kedua luberan yang bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin lewat zakat.

Berikutnya leburan yang maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya saat Lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Dan yang terakhir laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur ialah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding kan? Nah maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain. Semoga meski dicampur semur ayam, sambal goreng ati atau gulai kambing, tidak membuat kita melupakan makna dari ketupat, si makanan penuh nilai filosofis. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah