Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
MARAKNYA kabar bohong atau hoaks dan ujaran kebencian dikhawatirkan menyulut perpecahan, keutuhan persahabatan, juga ketahanan bangsa dan negara. Merunut sejarahnya, hoaks juga terjadi pada kondisi umat Islam di era Nabi Muhammad SAW hingga era sahabat Nabi.
Dalam rangkaian iktikaf di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kompleks Media Group, Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (29/5), Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta Fuad Thohari memaparkan tentang hoaks dalam perspektif Alquran dan hadis.
Ia memaparkan empat jenis hoaks. Pertama, mitos atau cerita berlatar masa lampau yang boleh jadi salah, tetapi dianggap benar karena diceritakan secara turun-temurun sehingga menjadi kebenaran yang harus dipercaya. Kedua, glorifikasi dan demonisasi. Glorifikasi ialah melebih-lebihkan sesuatu agar tampak hebat, mulia, dan sempurna. Sebaliknya, demonisasi ialah memersepsikan sesuatu seburuk mungkin seolah tanpa ada kebaikannya atau mengecilkan peran dan arti pada sesuatu.
Ketiga, kabar bohong atau informasi yang diada-adakan atau sama sekali tidak mengandung kebenaran. Keempat, info sesat, yaitu informasi yang faktanya dicampuradukkan, dipelintir, dan dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi seolah-olah benar. Di dunia komunikasi, ada istilah spin doctor untuk menyebut ahli pemelintiran komunikasi.
"Yang memprihatinkan, bahaya hoaks ternyata dilakukan siapa saja, termasuk kalangan berpendidikan dan berilmu. Mereka tidak melakukan klarifikasi atau tabayun terhadap hoaks yang muncul," katanya.
Dosen Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengatakan, harus ada bimbingan serta regulasi yang pasti agar umat Islam dan rakyat Indonesia cerdas dalam bermedsos, terutama menerima dan menyebarkan informasi dari sumber yang tidak jelas kredibilitasnya.
"Umat Islam perlu didorong untuk membiasakan diri melakukan klarifikasi terhadap semua berita atau informasi. Apalagi kalau informasi itu datangnya dari orang-orang fasik, wajib diklarifikasi serta uji telaah akurasi dan validitas berita," katanya.
Fuad melanjutkan, Allah mengingatkan dalam firman-Nya dalam Surah Al Hujurat ayat 6, yang artinya 'Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu'.
"Jadi harus dicamkan, setop memproduksi dan mem-forward hoaks. Memproduksi dan menyebarluaskan hoaks merupakan dosa besar, berakibat memantik api fitnah yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara," tegasnya.
Istri Nabi
Ia kemudian menjelaskan, dalam lintasan sejarah Islam, hoaks pernah terjadi dalam banyak peristiwa. Di antaranya saat Nabi Muhammad SAW dan keluarganya menjadi korban hoaks, yakni ketika istri beliau, Aisyah RA, dituduh berselingkuh dan beritanya menjadi viral di Madinah.
Peristiwa itu dinamakan hadis al ifki. Berita bohong itu menimpa ummul mukminin, setelah perang dengan Bani Mushtaliq pada bulan Syakban 5 H. Aisyah turut dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau.
Dalam perjalanan kembali dari peperangan, mereka berhenti di suatu tempat. Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Namun, tiba-tiba ia menyadari kalungnya hilang sehingga pergi lagi untuk mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan Aisyah masih ada dalam sekedup.
Setelah Aisyah mengetahui sekedupnya sudah berangkat, ia duduk di tempatnya dan mengharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, beberapa saat kemudian lewat seorang sahabat Nabi, Shafwan bin Mu'aththal. Ia lalu mempersilahkan Aisyah mengendarai untanya, sedangkan Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.
Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya, kemudian kaum munafik membesarkannya hingga fitnah terhadap Aisyah meluas.
Aisyah terus menangis dan memohon pertolongan Allah SWT dan Allah mengklarifikasi berita itu dengan menurunkan firman-Nya dalam Alquran Surah An Nur yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu ialah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, serta (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
Fuad menambahkan, dengan klarifikasi langsung dari Allah SWT, seketika fitnah terhadap Aisyah terjawab dan sirna. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved