Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Menjadi Lebih Baik Sepanjang Waktu

Syarief Oebaidillah
22/5/2019 03:30
Menjadi Lebih Baik Sepanjang Waktu
Ribuan umat Islam menunggu waktu bersama di Masjid Islam Istiqal,(MI/PIUS ERLANGGA)

BULAN suci Ramadan umumnya disambut kaum muslimin dengan penuh semangat sehingga atmosfer spiritualitas umat meningkat. Semua aspek kehidupan dikaitkan ibadah, seperti tarawih, tadarus, berbagi takjil, mebayar infak, dan sedekah.

Karena Ramadan adalah syahrul ibadah atau syahrul qiyam (bulan untuk ibadah), pada awal bulan suci masjid dan musala dipenuhi orang beribadah. Santunan kepada yatim dan duafa, begitu juga tontonan di televisi dipenuhi tausiah. Sinetron dan seabrek aktivitas lain bermuatan kebaikan dan kesalehan.

"Memang patut disyukuri dan gembira atas semangat ibadah yang semarak ini karena Ramadan merupakan anugerah dan kado spesial dari Allah SWT untuk umat Nabi Muhammad SAW. Ia datang setahun sekali untuk memuliakan umat Islam dengan segala keistimewaannya," kata KH Cholil Nafis kepada Media Indonesia di Jakarta, Minggu (19/5).

Namun, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengingatkan agar bulan Ramadan yang penuh berkah jangan dikultuskan karena umat muslim menjadi saleh dan baik selama sebulan saja. Setelah Ramadan, kebaikan dan kesalehan menjadi minimalis.

"Jadi, kita jangan mengultuskan Ramadan. Karena Ramadan hakikatnya media 'pembakaran ego' sehingga rohaniah atau spiritualitas manusia dapat berfungsi dengan baik. Jadilah kita hamba Allah SWT dengan seluruh ketaatan kepada-Nya, selama Ramadan dan setelah Ramadan," katanya.

Ia lalu mengutip pesan para ulama yang menegaskan, “Jadilah kalian hamba Allah, dan janganlah kalian menjadi hamba Ramadan.” Pesan para ulama tersebut, lanjut Cholil, sejalan dengan spirit dari QS: Al-Baqarah ayat 183 yang terkenal sebagai dalil utama perintah Allah SWT bagi umat Islam berpuasa.

Muara dari puasa ialah ketakwaan yang bersifat permanen dan bukan temporer. Capaian takwa yang dikehendaki dari amalan Ramadan bersifat utuh dan kontinu sehingga diperlukan upaya agar konsisten atau istikamah 11 bulan berikutnya dalam menjalani kehidupan.

Cholil yang meraih doktor di University of Malaysia mengatakan, memang tidak mudah untuk istikamah. Pasalnya, upaya-upaya manusia acap kali terhalang oleh ego. Ego merupakan satu kesatuan diri (nafs) yang menyatu dalam struktur kepribadian manusia, sebagaimana psikolog terkemuka, Sigmund Freud, pernah mengulasnya.

Kendalikan ego
Kebanyakan manusia menghadapi masalah serius atas egonya sendiri. Karena itu, lanjutnya, keberadaan ego dalam kehidupan seorang muslim mendapat perhatian ekstra lantaran kerap membuat orang terlena.

Tidak jarang seseorang mampu mengalahkan pertempuran dengan setan yang membisiki perbuatan maksiat atau mempertuhankan makhluk lainnya, tetapi justru kalah atas dirinya sendiri.

Maka dari itu, menurut lulusan magister UIN Syarief Hidayatullah Jakarta itu, wajar apabila Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan kepada umat Islam pascamemenangkan perang Badar yang amat berat yang terjadi di bulan puasa pada 17 Ramadan.

Ia lalu mengutip pernyataan Nabi Muhammad SAW. "Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran akbar."

Lalu sahabat bertanya, "Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah?
Rasul menjawab, "Jihad (memerangi) hawa nafsu."

Hal ini juga sama maknanya dengan hadis: "Jihad yang paling utama adalah seseorang berjuang melawan dirinya dan hawa nafsunya." (HR Baihaqi).

Karena itu, lanjut Cholil, ibadah puasa menjadi perisai bagi mukmin untuk mengendalikan ego agar tetap bisa dikontrol penuh oleh kesadaran batin.

"Marilah kita manfaatkan puasa selama sebulan penuh ini untuk benar-benar membakar ego agar menjadi pribadi yang matang. Sejatinya, orang yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah mereka yang mampu mengendalikan egonya sehingga terwujud dalam sikap dan karakter terpuji pada aktivitas sehari-hari," pungkas salah seorang pengurus pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. (H-1)

    

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah