Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
DI satu rumah yang dijadikan tempat usaha, empat orang tengah sibuk dengan pekerjaan mereka. Dua di antara mereka sedang menyerut kayu, dan seorang menghaluskan serta mengecat kayu berbentuk lingkaran kemudian menutupnya dengan kulit kambing.
Setelah lingkaran kayu ditutup dengan kulit kambing, baru produk itu mendapat sentuhan akhir dari pekerja perempuan lainnya, dan terlihatlah benda yang mereka buat ialah rebana.
"Meski berpuasa, kami tetap bekerja keras karena pesanan rebana lumayan banyak. Tidak hanya beduk, tetapi juga rebana. Kalau tidak dikerjakan secepatnya, nanti tidak rampung. Bahkan, pekerja laki-laki biasanya lembur hingga dini hari pukul 01.00 WIB," kata salah seorang perajin rebana, Siti Toimah, di tempat usaha pembuatan beduk dan rebana Nurul Ikhsan di Desa Keniten, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kemarin.
Ia mengatakan, untuk membuat satu unit beduk dan alat musik rebana membutuhkan waktu sekitar sehari hingga satu pekan, tergantung ukurannya. Kalau ukurannya besar, biasanya diperlukan waktu untuk membutnya hingga seminggu. Jika ukurannya kecil, sehari sudah selesai.
Untuk beduk yang digunakan ialah kulit sapi, sedangkan rebana menggunakan kulit kambing. "Kulit kambing dan sapi yang akan digunakan untuk membuat beduk dan rebana tersebut harus dikeringkan di terik matahari. Setelah kering, baru dapat digunakan untuk menutup beduk atau rebana," jelasnya.
Pemilik usaha beduk, Taufik Amin, mengatakan usahanya itu digeluti sejak 1996 dengan mulai hanya membuat beduk. Usahanya terus berkembang sehingga ia menambah jenis produk berupa rebana.
"Kami tidak hanya melakukan pembuatan. Perbaikan beduk dan rebana juga kami layani," ujar Taufik.
Ia mengakui, sejak menjelang Ramadan lalu, pemesanan beduk meningkat
drastis. Bahkan, jumlah pesanan saat ini melonjak lebih dari 200% atau tiga kali lipat jika dibandingkan dengan hari biasa.
"Di hari-hari biasa, kami hanya memproduksi sekitar 50 beduk per bulan, tetapi menjelang Ramadan hingga kini, pesanan beduk sampai 150 unit. Lumayanlah, ini rezeki Ramadan," ujarnya.
Ia mengungkapkan pesanan beduk kali ini juga datang dari Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, Brebes, hingga Jakarta.
"Untuk menjamin agar pesanan rampung tepat waktu, para pekerja kami minta menambah waktu kerja. Bahkan, malam pun bekerja sampai dini hari menjelang sahur. Kami tidak mau mengecewakan para pemesan," katanya.
Kayu trembesi
Taufik mengaku tak mematok harga tinggi untuk beduk yang diproduksinya. Harga beduknya berkisar ratusan ribu rupiah hingga Rp45 juta. "Kami menetapkan harga sesuai dengan ukuran beduk. Untuk beduk berdiameter di bawah 50 cm, harganya sekitar Rp600 ribu," tuturnya.
Harga beduk berukuran 50 cm hingga 1 meter ditetapkan Rp3 juta-Rp15 juta. Adapun untuk beduk berdiameter 1,2 meter, harganya Rp20 juta, dan beduk berdiameter 1,5 meter dibanderol Rp45 juta.
"Kualitas beduk produksi kami dipastikan baik karena menggunakan bahan kayu trembesi dan kulit sapi. Kalau untuk rebana, menggunakan kulit kambing. Satu paket rebana terdiri atas lima unit, harganya sekitar Rp1 juta," katanya.
Bagi Taufik dan para pekerjanya, Ramadan bukanlah bulan untuk santai. Mereka justru sangat sibuk bila dibandingkan dengan hari-hari biasa karena pesanan hasil karya mereka membeludak. Itulah rezeki Ramadan yang dirasakan oleh mereka. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved