Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Berhati-hati itu Ciri Orang Bertakwa

Ardi Teristi Hardi
10/5/2019 03:45
Berhati-hati itu Ciri Orang Bertakwa
Prof Mahfud MD, saat memberikan kuliah 7 menit sebelum salat tarawih di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta(MI/Ardi)

KEPADA para sahabatnya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memberikan definisi jelas terkait dengan takwa. Beliau hanya meletakkan tangannya ke dada saat ditanya perihal takwa.

"Takwa ada di dalam hati," sebut Rasulullah, pada suatu ketika.

Meski begitu, salah satu sahabat Rasulullah, Ubay bin Ka'ab al Anshari, yang dikenal paling fasih bacaan Alqurannya mampu mendefinisikan itu kepada Umar bin Khattab, salah satu Khulafaur rasyidin.

"Wahai Ubay, apa makna takwa?" tanya Umar.

Ubay yang ditanya justru balik bertanya. "Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri? Kalau berjalan di situ, bagaimana bersikap? Apakah pulang lalu tidak berani berjalan di situ?" tanya Ubay.

Setelah berpikir sejenak, Umar mengatakan, dia akan terus berjalan di situ untuk mencapai tujuan, tetapi harus berhati-hati. Ubay lantas berkata, "Itulah hakikat takwa."

Demikian petikan dialog singkat, tetapi sarat makna, dua sahabat Nabi Muhammad yang kembali dituturkan Prof Mahfud MD, saat memberikan kuliah 7 menit sebelum salat tarawih di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa (7/5) malam.

"Ya, takwa adalah selalu berhati-hati dalam hidup ini," imbuh alumnus Sastra Arab UGM yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Mahfud mengatakan, cara berhati-hati ialah dengan selalu berkonsultasi dengan Allah lewat mencocokkan setiap tindakan sesuai atau tidak dengan perintah Allah. Jika tindakan yang akan dilakukan dianggap tidak benar, kita harus menjauhinya. "Hidup ini yang selalu terjadi hanya dua, yaitu berbuat baik atau tidak," kata dia.

Jika ingin berbuat baik, lanjut dia, kita harus selalu berhati-hati, baik dalam perbuatan, perkataan, tulisan, maupun di media sosial.

Terkait dengan situasi terkini, Mahfud mengaitkan makna ketakwaan itu dengan Pemilu 2019 yang masih menunggu hasil pengesahan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dia lantas mengajak para jemaah untuk bersyukur atas terselenggaranya pemungutan suara dengan baik.

Mahfud menyadari, ada pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil pemilu. "Masih ada tahapan-tahapan untuk memeperbaiki (jika terjadi kesalahan) karena tahapan-tahapan hukum kita sudah mengaturnya," sebutnya.

Kendalikan nafsu
Setelah mengetahui makna takwa, bagaimana cara mendapatkan ketakwaan itu? Mahfud mengatakan, puasa bisa menguatkan ketakwaan.

Takwa akan menimbulkan ketenangan. Jika di bulan puasa ini kita masih merasa tidak tenang, penuh kemurkaan, dan gelisah, berarti ada yang salah dalam puasa yang kita jalani. "Kendalikanlah hawa nafsu agar puasa tak sekadar formalitas. Kalau hati masih dalam kegelisahan, kemurkaan, kemarahan, masih tergoda menyebarkan berita hoaks, menghujat, berarti puasa masih belum baik," cetus Mahfud.

Salah satu cara untuk menenangkan hati ialah dengan cara banyak berzikir. Ia pun mengajak para jemaah untuk sering berzikir, mengingat Allah SWT sebelum menulis, berbuat, ataupun mengucapkan sesuatu. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah