Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PEMAHAMAN lama di masyarakat banyak anak banyak rezeki dinilai sudah tidak relevan lagi. Pada dasarnya, nilai keluarga terletak pada kualitas, bukan kuantitas.
Hal tersebut disampaikan Ustaz KH Cholil Nafis saat membawakan ceramah di Masjid Adzuriyah Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Jakarta, kemarin (Kamis, 15/6).
Acara bertajuk Damai Indonesiaku yang mengambil tema Membangun keluarga sejahtera dalam perspektif Islam tersebut juga menghadirkan narasumber Kepala BKKBN Surya Chandra Surapati dan Ustaz Habib Ahmad Al-kaf.
Dalam ceramah yang diikuti jemaah sekitar Kantor BKKBN dan pegawai BKKBN tersebut, Cholil menegaskan tiga prinsip dasar yang harus dipegang umat Islam untuk membangun keluarga berkualitas.
"Merujuk pada ajaran Nabi Muhammad, ada tiga prinsip yang harus kita pegang, yaitu mampu, menjaga jarak kelahiran, dan menjaga keutuhan keluarga," kata Cholil.
Prinsip mampu, jelas dia, terkait dengan kemampuan baik pria maupun perempuan untuk hidup berkeluarga, terutama mampu secara ekonomi, fisik, mental, dan spiritual.
"Jadi, sebelum memilih untuk menikah, harus pastikan dulu apakah kita sudah mampu. Catatan Kementerian Agama menyebutkan banyaknya perceraian sekarang ini mayoritas karena faktor ekonomi."
Prinsip kedua, lanjut Cholil, keluarga harus mampu mengatur jarak kelahiran anak. "Minimal tiga tahun adalah jarak yang ideal antara anak-anak kita. Kenapa begitu, karena terkait dengan asupan ASI (air susu ibu) yang harus dipenuhi untuk anak-anak kita. Jangan sampai, saat ibu masih menyusui udah hamil lagi. Nah, di sinilah penting program KB yang digalakkan pemerintah agar kelahiran itu dikendalikan dan harus diatur," ujar Cholil.
Selain dua prinsip itu, keluarga berkualitas harus ditopang semangat bersama menjaga keutuhan keluarga. "Islam memang tidak melarang perceraian, tetapi jangan lupa perceraian sangat dibenci Allah SWT. Saya juga melihat kecenderungan saat ini, ketika ada masalah, lalu cerai dan kawin lagi. Kesannya mudah sekali. Seharusnya tidak boleh seperti itu," beber Cholil.
Utamakan akhlak
Habib Ahmad Al-kaf menambahkan hal yang penting dalam memilih pasangan ialah sejauh mana kehidupan beragama dan akhlak calon suami/istri kita.
"Aspek ini penting sekali karena sangat terkait nanti ketika sudah berkeluarga. Kalau agama pasangan kita baik, dia tentu bisa mendidik anak dengan baik dan anak pun akan tumbuh jadi anak yang baik. Kalau dia agamanya baik, tentu dia tidak menelantarkan keluarganya," kata Al-kaf.
Ia juga mengingatkan pasangan suami-istri agar saling mendoakan supaya keutuhan keluarga tetap terjamin. "Sampai kakek nenek pun langgeng dan tetap saling menyayangi. Ini yang harus kita upayakan," imbuhnya.
Di tempat sama, Kepala BKKBN Surya Chandra Surapati berharap agar agama memberikan pemahaman yang baik kepada umatnya untuk menyosialisasikan keluarga yang berkualitas.
"Agama memiliki peran sentral untuk mendidik umat. Itu yang kita harapkan agar keluarga Indonesia tumbuh makin berkualitas, terutama dengan parameter ini, yaitu mampu menghasilkan manusia Indonesia yang juga berkualitas dalam kompetensi dan integritas," jelas Surya.(H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved