DI balik gurita bisnis ekspor-impor minyak Indonesia, nama Riza Chalid menjulang sebagai sosok berpengaruh yang bekerja dalam senyap. Meski tak populer di hadapan publik, pengusaha ini dijuluki “Gasoline Godfather” karena perannya yang dominan dalam jaringan distribusi migas nasional, terutama melalui perantara Petral—entitas yang dulu menjadi tulang punggung impor minyak Pertamina. Dalam periode keemasaannya, transaksi bisnis yang dikendalikannya disebut mencapai US$30 miliar per tahun, menjadikannya salah satu tokoh paling strategis di sektor energi, meski minim sorotan media.

Kekuasaan Riza Chalid tak berhenti di ruang bisnis. Ia menautkan jejaring hingga ke ranah politik dan birokrasi. Namanya terseret dalam skandal "Papa Minta Saham" yang melibatkan elite politik nasional, dan memiliki kedekatan erat dengan tokoh-tokoh Partai Golkar, serta sejumlah pejabat strategis di BUMN seperti Pertamina. Posisi ini memberinya pengaruh dalam pengambilan keputusan terkait harga, kuota impor, dan jalur distribusi migas nasional.