Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Poros Ketiga Pilpres 2019 Sulit Terwujud

Dero Iqbal Mahendra
04/3/2018 20:59
Poros Ketiga Pilpres 2019 Sulit Terwujud
(MI/Panca Syurkani)

MESKI secara matematika politik poros ketiga dari pasangan calon presiden dimungkinkan, namun dalam praktiknya hal tersebut sulit terwujud.

Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Indobarometer Muhammad Qodari di Jakarta, Minggu (4/3). Ia menyatakan, salah satu alasan mengapa sulit terbentuk poros ketiga, adalah disparitas yang lebar antara elektabilitas calon pertama dan kedua dengan elektabilitas calon ketiga.

"Saat ini sudah lima partai deklarasi dukung Jokowi, dan dua partai sudah kompak yakni Gerindra dan PKS mendukung Prabowo, dengan sisanya ada Demokrat, PAN dan PKB. Ketiganya bisa mengajukan pasangan capres sendiri karena kalau jumlah suara ketiganya digabung lebih dari 20%," terang Qodari saat dihubungi di Jakarta, Minggu (4/3).

Akan tetapi dirinya menilai problematikanya muncul bukan dari persoalan partai politiknya, melainkan siapa calon yang akan dimajukan sebagai kompetitor menghadapi dua pasangan calon lainnya yang memiliki elektabilitas tinggi.

Sebab, menurut Qodari, jika berbicara elektabilitas di luar Jokowi dan Prabowo, perbedaannya sangat jauh dengan keduanya.

"Kalaupun memang mereka mau memajukan calon dengan melihat tiga besar di bawah elektabilitas Jokowi dan Prabowo, ada Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)," terang Qodari.

Problemnya dalam skenario tersebut, apakah SBY mau mengajukan Anies Baswedan atau Gatot selain AHY. Sedangkan jika mengajukan AHY, apakah PKS dan PAN mau menjadi cawapresnya.

Pun seandainya Muhaimin maju sebagai cawapres, apakah PAN akan mendukung. Begitu juga sebaliknya bila Zulkifli Hasan menjadi cawapres, apakah akan didukung PKB.

Qodari menilai persoalannya bukan dalam matematika kemampuan kursi partai, tetapi kepada calonnya. Sebab ketika berbicara calonnya, matematika politiknya akan menjadi rumit.

"Oleh sebab itu saya melihat bahwa ketiga partai tersebut nantinya akan mengerucut kepada salah satu calon, baik itu Jokowi maupun Prabowo. Ketiga partai tersebut akan lebih memilih salah satu calon agar dapat masuk dan mendapat kursi di pemerintahan berikutnya," terang Qodari.

Menurut dirinya situasi yang hampir sama pernah terjadi ketika Pilpres 2009, di mana saat itu calon terkuatya adalah SBY sebagai petahana dan juga Megawati.

Meski kemudian Jusuf Kalla saat itu 'nekat' maju sebagai calon ketiga, namun hasil akhirnya tidak berbeda jauh dengan hasil survei di mana dua calon sebelumnya memiliki elektabilitas yang jauh lebih tinggi.

"Jadi menurut saya kemungkinan kecil adanya poros ketiga dalam Pilpres 2019 nanti, meski secara teoritis besar tetapi secara realitas sulit. (Parpol) Perlu bercermin dengan pemilu 2009 di mana paslon ketiga dimunculkan dengan posisi elektabilitas rendah," ujar Qodori

Selain itu dirinya mengingatkan bahwa parpol jangan melihat Pilpres 2019 nanti dengan kacamata pilkada Jakarta. Sebab menurutnya pilkada Jakarta adalah anomali dan sifat dari anomali adalah jarang untuk terulang. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya