Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Keragaman Jadi Sumber Kekuatan

Bayu Anggoro
04/8/2017 03:51
Keragaman Jadi Sumber Kekuatan
(ANTARA/Widodo S. Jusuf)

KERAGAMAN latar belakang masyarakat harus disikapi positif sebagai sumber kekuatan bangsa dan negara. Berbagai perbedaan, khususnya agama, bukan alasan untuk saling membenci dan tidak bersatu.

Koordinator Jaringan Antar Iman Indonesia (JAII) Elga Sarapung mengungkapkan itu saat Konferensi VIII JAII di Bandung, Jawa Barat, kemarin. Konferensi itu berlangsung hingga 5 Agustus.

Konferensi JAII diikuti kalangan masyarakat seperti tokoh agama, pelajar, mahasiswa, dan organisasi masyarakat (ormas) lintas agama.

Elga mengaku khawatir dengan kondisi sosial di masyarakat yang diterpa beragam isu sensitif terutama melalui dunia maya. Apalagi, lanjutnya, ada pihak-pihak yang ingin mengubah landasan negara Pancasila dan UUD 1945.

“Kami tidak ingin masa-masa menghadapi konflik horizontal di berbagai daerah terulang kembali. Kenapa orang-orang memilih cara-cara kekerasan daripada gerakan perdamai-an,” katanya.

Oleh karena itu, menurutnya, kondisi ini harus segera diatasi dengan membangun kesadaran di masyarakat akan pentingnya saling menghormati dan toleransi antarumat beragama.

“Ini menjadi satu-satunya cara untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang berujung pada kemajuan bangsa.”

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musdah Mulia, mengajak umat agar benar-benar memahami setiap ajaran agama masing-masing. Hal itu sangat penting agar tidak timbul kebencian antar-umat beragama.

Munculnya aksi radikalisme dan terorisme saat ini, kata dia, tidak terlepas dari minimnya pemahaman agama yang dikuasai pelaku. “Pahami secara benar agar mengerti dan paham tentang agama dan beragama,” katanya.

Sebuah keniscayaan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan keberagaman di masyarakat tidak bisa ditolak karena menjadi sebuah keniscayaan.

Keberagaman, sambung dia, bukan untuk saling menegasikan atau meniadakan harkat dan martabat manusia, melainkan agar bisa saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.

“Agama hadir agar kita bisa mengambil nilai positif dan manfaat dari kemajemukan dan keragaman,” kata dia dalam Asian Youth Day dengan tema Joyful Asian youth, living the gospel, in multicultural Asia, Rabu (2/8) malam.

Ajang pertemuan tiga tahunan pemuda Katolik se-Asia pada tahun ini diikuti 22 negara.

Lukman memandang kegiatan itu sebagai kegiatan positif.

“Semoga ini semakin membuat mereka memiliki keyakinan yang kukuh, juga tetap mau berdialog dan berinteg-rasi dengan masyarakat yang memiliki keyakinan dan budaya yang berbeda,” jelas dia.

Lukman menambahkan, toleransi di Indonesia bisa menjadi contoh. Indonesia, sambung dia, ialah negara dengan penduduk muslim terbesar. Akan tetapi, sambung dia, umat agama lain juga dapat hidup berdampingan. (AT/JI/DW/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya