Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PARA atlet Indonesia yang sukses mencetak prestasi di turnamen internasional diminta untuk menjaga performa hingga pelaksanaan Asian Games 2018 pada 18 Agustus-2 September mendatang.
Salah satu atlet yang menorehkan prestasi dunia adalah sprinter Lalu Muhammad Zohri. Dia meraih medali emas lari 100 meter di Kejuaran Dunia Atletik U-20 di Tampere, Finlandia.
“Jika mengacu ke Lalu, jangan-jangan itu puncak performa dia ketika mengikuti kejuaraan dunia junior. Tapi, itu yang mengetahui adalah pelatihnya,” kata pengamat olahraga Djoko Pekik di Jakarta, kemarin.
“Dikhawatirkan, setelah Lalu mencapai batas maksimal, lalu performanya turun drastis. Padahal, dia akan ikut Asian Games,” ujar Pekik. Djoko mengimbau masyarakat Indonesia agar memahami jika atlet 18 tahun asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu tidak dapat menyumbang medali emas di Asian Games 2018.
Bila melihat persaingan nomor lari sprint atau lari 100 meter pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan (Korsel), peluang Zohri dengan catatan waktu 10,18 detik masih sulit untuk dapat meraih medali.
Pasalnya, pada Asian Games 2014, pelari Femi Ogunode dari Qatar yang meraih emas dengan catatan waktu 9,93 detik, Su Bingtian dari Tiongkok dengan 10,10 detik meraih perak, dan Tei Takase dari Jepang dengan 10,15 detik meraih perunggu,
Namun, dengan catatan waktu yang diraih di kejuaraan dunia atletik U-20, Zohri bisa menjadi pelari pendukung untuk nomor estafet 4X100 meter. Dari cabang bulu tangkis, Indonesia memiliki pasangan ganda putra andalan Marcus Fernaldi Gideon/ Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Dari sejumlah turnamen yang diikuti mereka, prestasi ganda putra nomor satu dunia tersebut cukup stabil. Gelar terakhir yang mereka raih ialah juara di ajang Indonesia Terbuka 2018.
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi mengaku tidak merisaukan soal performa dua anak asuhnya. “Kalau di bulu tangkis, tidak bisa bicara soal puncak performa,” ujar Herry.
Angkat besi berpeluang
Dari cabang angkat besi, Indonesia mendapat informasi yang menggembirakan. Para lifter dari Tiongkok yang menjadi pesaing Indonesia dipastikan tidak berlaga di Asian Games 2018.
Federasi Angkat Besi internasional (IWF) belum meng-izinkan para lifter Tiongkok yang terlibat doping untuk bertanding di Asian Games 2018. Pada hari terakhir entry by name pada 30 Juni lalu, tidak ada nama lifter Tiongkok. Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) mengatakan pihaknya telah menerima surat dari IWF.
“Surat itu ditujukan ke bagian Sport Inasgoc dan PABBSI yang menyatakan Tiongkok tak bisa bertanding,” kata Ketua Pembinaan dan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya.
“Surat ini sudah saya konfirmasi lagi ke pihak Federasi Angkat Besi Asia. Mereka sempat terkejut, tetapi ketika saya tunjukkan surat dari IWF ya mereka akhirnya menyetujui,” ujar Alamsyah.
Manajer angkat besi Dirja Wiharja mengatakan, meskipun lifter Tiongkok tidak datang ke Asian Games 2018, para lifter Indonesia masih memiliki pesaing berat dari para lifter negara pecahan Uni Soviet. (Rul/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved