Sejumlah Bangunan Bersejarah Ini Jadi Saksi Bisu Pertempuran Lima Hari di Semarang

PERTEMPURAN Lima Hari di Semarang yang tercatat terjadi 15 Oktober hingga 19 Oktober 1945 meninggalkan luka pada warga Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu.

Ribuan warga yang merupakan pemuda gugur karena ikut berperang melawan tentara Jepang yang masih terus menggoyahkan Tanah Air hanya beberapa bulan usai memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Dilansir dari website resmi Pemerintah Kota Semarang, beberapa bangunan bersejarah masih berdiri hingga kini dan menjadi saksi bisu kejadian tersebut.

Baca juga : Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang Hari Ini, Rekayasa Lalu Lintas Dilakukan

Beberapa bangunan itu adalah Lawang Sewu, gedung BPM (sekarang kantor Pertamina), kantor Jawatan Kereta Api, Hotel De Pavillon, hingga gedung kesenian Sobokarti.

Dalam buku 'Seranai, Bangunan dan Kawasan Pusaka Budaya Kota Semarang 2016' keluaran Pemkot Semarang, disebutkan gencatan senjata dilakukan setelah perundingan digelar di Hotel De Pavillon (sekarang Dibya Puri).

"Pada masa perjuangan hotel ini juga memiliki peranan. Pertempuran Lima Hari di Semarang tahun 1945 digunakan untuk markas pemuda pejuang. Sempat terjadi baku tembak di sekitar hotel, dan beberapa peluru menembus jendela hotel yang sampai saat ini masih bisa dilihat bekasnya. Tanggal 21 Oktober 1945 diadakan perundingan di hotel ini untuk mengakhiri perang setelah dilakukan gencatan senjata," tulis buku tersebut sebagaimana dilansir dari situs resmi Pemkot Semarang.

Sementara itu, untuk memperingati dahsyatnya perjuangan pemuda Semarang dalam pertempuran itu, dibangun sebuah monumen yang populer dan menjadi salah satu ikon Kota Semarang, yakni Tugu Muda. Tugu Muda dibangun pada 10 November 1950 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 20 Mei 1953 yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. (J-3)