Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
SEJUMLAH daerah mengaku tidak punya anggaran untuk membeli alat peringatan dini bencana (early warning system/EWS), termasuk untuk biaya perawatan. Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, misalnya, dikenal sebagai daerah rawan gempa tsunami. Salah satu kawasan rawan bencana gempa dan tsunami ialah Pantai Cipatujah. Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Wawan R Effendi, pihaknya melalui Pemkab Tasikmalaya telah mengajukan alat EWS ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) Pusat. “Selama ini belum ada pemasangan EWS di sepanjang Pantau Cipatujah. Harga alatnya senilai Rp250 juta sampai Rp350 juta per unit. Dan untuk titik pemasangan mulai dari perbatasan Pangandaran dan Kabupaten Garut,” kata Wawan, Kamis (4/10).
Dia menambahkan pascagempa dan tsunami di pantai selatan Jawa Barat pada 2006, hingga sekarang belum ada alat EWS yang dipasang. BPBD Kabupaten Tasikmalaya sudah mengajukan pengadaan alat EWS sejak 2000. Dan pada 2007, BPBD Kabupaten Tasikmalaya mendapat bantuan berupa alat pendeteksi longsor, banjir, dan tanah bergerak. “Tahun ini kami mengajukan lagi ke BNPB berupa alat pendeteksi tsunami sebanyak 20 unit,” tambahnya.
Kepala BPBD Provinsi Bangka Belitung, Mikron Antariksa, mengatakan, seharusnya sebagai provinsi kepulauan, seluruh kabupaten/kota di Bangka Belitung dipasangi EWS gempa dan tsunami.
“Kita tidak punya peralatan EWS gempa dan tsunami. Padahal, kita sangat perlu. Di Bangka Barat sudah beberapa kali diguncang gempa skala kecil. Jadi, bagaimanapun tetap perlu alat itu,” kata Mikron.
Sementara itu, di Kabupaten Cilacap, BPBD setempat tidak punya dana untuk memperbaiki alat EWS tsunami. Setiap tahun anggaran yang dialokasikan untuk kebencanaan hanya Rp60 juta. Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy, menyebutkan anggaran Rp60 juta tidak kuat untuk memperbaiki sembilan unit EWS bantuan BNPB,” ujarnya.
Sebaliknya, di Jawa Barat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung memastikan seismograf atau perangkat untuk mengukur serta mencatat gempa bumi yang dipasang di wilayahnya dalam kondisi baik. Saat ini, terdapat delapan alat seismograf yang dipasang di Garut, Bogor, Cianjur, Bandung, Majalengka, Lembang, Sukabumi, dan Cisarua. Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya, memastikan seluruh alat seismograf berfungsi baik dan bisa merekam semua kejadian gempa dekat maupun gempa jauh di Jabar.
Penyebar hoaks
Pada bagian lain, hingga saat ini gempa susulan masih terjadi di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan laporan BMKG Stasiun Geofisika Waingapu, Sumba, tercatat gempa susulan mencapai 47 kali Kamis (4/10).
Di saat masyarakat bergotong royong membantu memulihkan kondisi di Sulawesi Tengah, seorang ibu rumah tangga berinsial UUF, 25, asal Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, ditangkap polisi. Alasannya dia terbukti menyebarkan berita akan terjadi gempa susulan di Palu, Sigi, dan Donggala ke media sosial Facebook tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Kasus serupa juga terjadi di Riau.Polda Riau menangkap Malini alias M, warga Jalan Patin, Kelurahan Tangkerang Barat, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau lantaran menyebar hoax gempa berskala 8,6 skala richter di media sosial Facebook. Saat ini Malini diamankan di kantor Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda.
Riau “Hal itu dikhawatirkan menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran sehingga polisi dari Subdit Cyber Crime, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim menangkap UUF,” kata Kapolda Jatim, Irjen Luki Hermawan di Surabaya, kemarin. (LD/RF/PO/FL/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved