Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PULUHAN masyarakat meriung di halaman rumah Daliman, Dusun Duwet, Kecamatan Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, sejak Kamis (27/9) pagi.
Beberapa di antaranya memakai pakaian adat Jawa. Sekitar pukul 09.00 WIB mereka menaiki undak-undakan tangga setapak menuju Puncak Kleco, melangsungkan prosesi tradisi Memetri Air Menoreh.
Tradisi ini berbentuk upacara selamatan atau doa bersama masyarakat Duwet sebagai wujud syukur kepada Yang Mahakuasa karna telah memberikan sumber mata air Tuk Ngancar yang selalu mengalir. “Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang. Dan kami terus melestarikannya,” kata Wagilan, 51, penjaga sumber mata air Tuk Ngancar.
Di Tuk Ngancar, mereka mengambil Air Menoreh dan memasukkannya ke dalam kendi. Air itu diarak menuju Puncak Kleco dan ditaruh di papan palereman atau Gapura Bentar Puncak Kleco dengan latar belakang pemandangan Gunung So di sebelah utara. Mereka lalu berjalan ke panggung terbuka di sebelah selatan Pendopo Puncak Kleco untuk pergelaran seni budaya.
Setiap tahun pada Muharam atau Syuro, lanjut Wagilan, masyarakat selalu menggelar Memetri Air Menoreh di Puncak Kleco. Mereka membawa sejumlah makanan khas Kulon Progo, seperti gaplek, tiwul, dan nasi tumpeng lengkap dengan ingkung. Seusai menggelar doa, makanan itu disantap bersama.
Sejumlah acara pentas budaya pun digelar, seperti membaca puisi, menari, dan acara seni lainnya. Mereka melakukannya di alam bebas, beratap langit, dan beralas tanah. Panasnya terik mentari tak terasa di Puncak Kleco karena rindangnya pepohonan dan sambutan warga Duwet yang sangat ramah.
“Kami telah dikaruniai alam yang asri, sudah seharusnya kami syukuri, jaga, dan lestarikan. Apalagi, Tuk Ngancar airnya lancar dan terus mengalir,” ujar Wagilan.
Tuk Ngancar ialah sumber mata air di Puncak Kleco. Warga memanfaatkannya dengan membuat belik dan mengalirkannya ke rumah mereka. Saban hari, warga RT 50 RW 24 di Dusun Duwet menggunakan air itu untuk kebutuhan memasak, mandi, dan kebutuhan lainnya. “Ada sekitar 15 KK yang menggantungkan kebutuhan air dari Tuk Ngancar,” lanjut Wagilan.
Jemilan, 65, warga Dusun Duwet, mengaku menggantungkan kebutuhan air untuk keperluan harian dari sumber mat air Tuk Ngancar. Air itu dia gunakan bersama 4 orang anggota keluarganya untuk mandi dan memasak. Pada musim penghujan, sumber air Tuk Ngancar selalu berlimpah. Dan ketika kemarau tiba tidak pernah kering.
Langgengnya ritual Memetri Air Menoreh dan semangat warganya melestarikan lingkungan, menjadikan Puncak Kleco sebagai wisata alam berbasis kearifan lokal yang kaya makna. Terlebih jika menilik sejarah di perbukitan Kleco, yang pernah menjadi tempat pertapaan Pangeran Diponegoro. Seperti dikatakan Wahjudi Djaja, fasilitator independen Pucak Suroloyo, bahwa masyarakat Duwet mengembangkan desa itu menjadi destinasi wisata berbasis kearifan lokal dan sejarah. (Furqon Ulya Himawan/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved