Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
SEJUMLAH pengelola penginapan di kawasan Tuk Tuk, Kabupaten Samosir mengeluhkan tingginya pembatalan pemesanan (cancellation) kamar hotel lantaran takut dampak kapal tenggelam di Danau Toba.
Laura, 35, pengelola penginapan Maroan di Tuk Tuk mengatakan, sejak adanya kapal temggelam di Simanindo pada 18 Juni lalu, hingga kini sudah ada sekitar 20 orang yang membatalkan pemesanan kamar. Mereka takut berkunjung ke Danau Toba setelah ada kejadian kapal tenggelam.
"Padahal satu keluarga saya pesan 10 kamar, semua batal. Tadi malam, Sabtu (23/6) ada dua pasangan yang batal pesan kamar juga. Mereka takut soal keselamatan kalau ke Danau Toba. Penginapan saya kan ada di pinggir danau," ujar Laura, Minggu (24/6).
Sejumlah cancellation itu diakui Laura membuatnya merugi hingga lebih dari Rp2 juta. Kondisi di sekitar Danau Toba, katanya, memang sepi pengunjung. Berbeda dari biasanya, saat normal di akhir pekan Sabtu - Minggu biasanya banyak kunjungan wisata. Banyak pula yang menginap di tempatnya.
Laura memiliki 14 kamar di penginapannya. Pada musim ramai seperti lebaran, tahun baru, dan akhir pekan tingkat okupansi penginapannya selalu penuh. Namun saat ini masih musim liburan tapi hanya ada dua kamar yang terisi, lainnya kosong.
M Situmorang, 55, seorang pengelola rumah makan di Pangururan mengalami hal yang sama. Rumah makannya sepi pengunjung sejak ada kejadian kapal tenggelam.
"Ini memang sepi sekali. Biasanya akhir pekan rumah makan saya ramai. Sekarang tidak ada yang makan di sini, dampak kapal itu memang luar biasa," kata dia.
Henry, salah seorang warga Jakarta mengaku membatalkan kunjungan ke Danau Toba pada libur lebaran ini. Ia mengaku takut berkunjung lantaran ada kapal tenggelam.
"Padahal semula saya berniat berkunjung ke Danau Toba dengan keluarga, tapi akhirnya batal," kata Henry. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved