Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Kawasan Hulu Ciliwung Kurang Diperhatikan

25/2/2018 22:40
Kawasan Hulu Ciliwung Kurang Diperhatikan
(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

KAWASAN hulu Sungai Ciliwung mengalami banyak perubahan dan kerusakan. Itu akibat kurangnya perhatian baik dari pemerintah dan masyarakat sekitar dalam menjaga lingkungan.

"Ciliwung ini sungai yang berdampak sangat luas ketika hujan, karena mengalir sampai Jakarta. Tapi kondisinya banyak mengalami perubahan dan kerusakan," kata Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel Inf Muhammad Hasan dalam kegiatan kerja bakti 'Ngalokat Sirah Cai Ciliwung' di Telaga Saat, Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/2).

Hasan menambahkan, salah satu titik nol Sungai Ciliwung adalah Telaga Saat yang terletak di dalam kawasan perkebunan teh milik Perhutani di Cisarua, Kabupaten Bogor.

Ia mengatakan Telaga Saat salah satu anugerah Tuhan untuk kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar hulu Puncak. Tetapi, kondisinya saat ini 80% ditutupi oleh gulma dan sedimentasi.

"Kondisi Telaga Saat yang tertutup gulma dan sedimentasi ini mempengaruhi kualitasnya sebagai kawasan tangkap hujan," tuturnya.

Jika kondisi Telaga Saat dapat dinormalkan kembali, wilayah tangkapan hujan tersebut mampu menampung lima juta meter kubik air hujan sehingga tidak langsung ke sungai.

Kondisi Telaga Saat perlu untuk dinormalisasikan sehingga mampu berfungsi sebagai penampungan dan mengendalikan air hujan di kawasan Puncak, sehingga bermanfaat untuk masyarakat.

Untuk mengembalikan fungsi dan kondisi Telaga Saat Korem 061/Suryakancana bersama jajaran Polres Bogor Kota dan Kabupaten Bogor, serta relawan dari 114 komunitas pencinta lingkungan melakukan aksi pembersihan, penanaman, dan penebaran benih ikan di Telaga Saat yang menjadi sumber mata air Sungai Ciliwung.

Kepala UPT Air Ciawi Eka Sukarna menjelaskan, Telaga Saat memiliki luas genangan 1,5 hektare, dengan luas kawasan tangkapan hujannya secara keseluruhan enam hektare.

"Karena sedimentasi terjadi pendangkalan. Sekarang genangan yang tersisa hanya setengah hektare," katanya seperti dilansir Antara.

Data terakhir upaya perawatan dan normalisasi Telaga Saat dilakukan 2012 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selaku pengelolanya. Sedimentasi yang terjadi karena tanah-tanah tebing di perkebunan teh dan longsor yang terbawa oleh hujan mengalir ke Telaga Saat.

Pakar Biopori Institut Pertanian Bogor (IPB) Khamir R Brata menambahkan, tumbuh gulma di Telaga Saat karena pengaruh dari tanah tanah perkebunan teh yang mengandung pupuk, terkikis air hujan mengalir ke telaga.

"Tanah perkebunan teh ini mengandung pupuk yang membuat airnya telaga subur untuk gulma. Keberadaan gulma yang menyerap oksigen membuat makhluk hidup seperti ikan mati kekurangan oksigen," ungkapnya.

Untuk menormalisasikan kondisi Tegala Saat perlu upaya jangka panjang. Selain aksi membersihkan, dilanjutkan dengan pengerukan, serta perlu perawatan dan pengawasan.

"Jika perlu dibendung pinggiran telaga untuk mencegah sedimen tanah masuk," tambah Khamir. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya