Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KAYU ulin dengan tinggi 7 meter dengan garis tengah hingga 40 sentimeter (cm) masih berjejer rapat di tengah lebatnya hutan di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Deretan kayu yang berfungsi sebagai benteng atau kuta tersebut diduga sudah berusia sekitar 1.700 tahun.
Di dalam benteng terdapat sisa rumah betang (rumah panjang berbentuk panggung) berukuran 8 meter x 27 meter yang disangga sejumlah tongkat batang kayu ulin setinggi 5 meter.
Di antara area kuta tersebut, lanjut dia, juga terdapat sisa sapundu, sandung, serta bangunan lain.
"Dari semua sampel yang diuji, Kuta Mapot diperkirakan didirikan pada 400 Masehi atau berusia sekitar 1.700 ta-hun," kata antropolog yang juga Analis Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah Gauri Vidya Dhaneswara saat dihubungi di Palangkaraya, kemarin.
Untuk sementara, lanjut dia, diasumsikan Kuta Mapot adalah benteng tertua orang Dayak di Kalimantan.
Menurut Gauri, tim juga menemukan Kuta Upin Batu berusia 600 tahun di Kecamatan Tewah, Kuta Tumbang Pajange berusia 125 tahun di Kecamatan Tewah, dan Kuta Tumbang Malahoi di Kecamatan Ringan.
Gauri menduga kuta itu berfungsi sebagai tempat perlindungan masyarakat terhadap serangan di luar komunitas atau sebagai status sosial seseorang.
"Perkiraan itu dimungkinkan berdasarkan buku Swachnner bahwa jumlah kuta saat itu mencapai 58 buah," kata dia.
Calm Schwaner menjadi orang asing pertama yang berhasil melintasi Pulau Kalimantan dari sisi selatan ke barat.
Ekspedisi yang berlangsung pada 1843-1949 itu dalam rangka eksplorasi geologis.
Gauri menjelaskan temuan itu merupakan hasil penelusuran tim dari Balai Arkeologi Kalsel dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah. Mereka menelusuri Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan dan Pulang Pisau Hulu di Kabupaten Gunung Mas sejak 2014. Pada 2016, tim mulai menggali lokasi situs bersejarah itu.
"Selain peninggalan batang kayu ulin bekas benteng, dari 12 lubang yang kami gali didapati 2.700 temuan seperti keramik Tiongkok, gerabah, guci, dan manik-manik," kata dia.
Barang-barang itu, lanjut dia, didokumentasikan dan disimpan Pemkab Kabupaten Gunung Mas.
Gauri menilai temuan itu juga menunjukkan peradaban masyarakat Dayak sudah maju sejak awal tahun Masehi.
Hal itu disebabkan pembangunan kuta menunjukkan ada kepemimpinan dan pemahaman teknik pertukangan.
"Untuk membuat kuta tentu ada pemimpin dan pekerja dan mereka sudah mengerti teknik pertukangan. Sebab tidak mudah untuk mengangkat kayu ulin setinggi 7 meter lalu diatur berjejer dan berfungsi sebagai pagar (benteng)," ujarnya.
Uji karbon
Dia menambahkan perkiraan usia kuta itu sudah melalui uji laboratorium.
"Sampel yang kami temukan sudah diuji karbon di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Jakarta. Uji itu untuk mencari kandungan karbon modern. Semakin tipis karbon modern yang menempel, semakin tua usianya," terangnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah Guntur Talajan me-ngaku segera mengusulkan agar temuan situs Dayak itu dijadikan cagar budaya.
"Setelah ini akan ada survei oleh tim dari pusat. Setelah itu, baru kita usulkan untuk dijadikan cagar budaya," ujar Guntur.
(N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved