Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
RATUSAN siput berserakan di atas pasir. Jeki, Katarina Bafut, Maria Prada, dan Philipus Kelen, warga Kota Lewoleba, Nusa Tenggara Timur, bergegas membersihkan pasir yang masih menempel di kulit siput.
Aneka jenis siput yang diperoleh di pesisir pantai segera dimasukkan ke karung.
Ada beragam jenis hewan moluska itu, mulai jenis siput kuku rusa, kunir, sola, mangga, hingga kapak atau dalam bahasa setempat disebut badong.
Selain siput, mereka mengumpulkan tripang, lobster, dan gurita.
Hari sudah menjelang sore.
Mereka bergegas meninggalkan pulau berpasir putih itu menuju kapal yang sudah diparkirkan di bibir pantai.
Jeki langsung menyalakan mesin sampan.
Katarina dan Philipus Kelen sambil memikul karung berisi siput bergegas menyusul ke sampan.
Jeki memacu laju sampan menuju Pulau Lembata.
"Kami terlalu asyik mencari siput sampai lupa air laut mulai pasang. Meski singkat, hasil yang kami dapat hari ini sangat cukup untuk oleh-oleh," ujar Philipus Kelen kepada Media Indonesia, akhir pekan lalu.
Tidak hanya Philipus dan rombongannya yang berburu siput.
Puluhan orang dengan barang bawaan berupa siput juga memenuhi sampan-sampan dari pulau tersebut menuju Lembata.
Masyarakat di sana menyebut Pulau Siput Awololong karena banyaknya siput ditemukan di pesisir pantai.
Pulau berpasir putih dengan luasan mencapai 100 hektare itu kini menjadi destinasi wisata Kabupaten Lembata.
Para wisatawan mulai mengunjungi Pulau Siput Owololong itu pada Juli ini.
Terutama saat air surut pada pukul 12.00-17.00 Wita.
Bibir pantai akan dipenuhi warga setempat dan pengunjung dari Lembata untuk berburu siput.
Warga yang berdatangan hanya menggunakan tangan kosong bisa memanen siput yang berserakan saat air surut.
Fenomena seperti itu berlangsung selama tiga pekan.
Seorang warga setempat mengungkapkan Pulau Awololong yang ditemukan sekitar 1400-an itu memiliki cerita sendiri.
Pulau itu bila sore hari tertutup oleh air pasang setelah dikutuk anjing pada sebuah pesta.
Legenda Pulau Siput Owololong itu diyakini masyarakat setempat.
"Bila sore hari setelah pukul 17.00, warga memilih ke daratan karena pulau ini mulai tertutup air pasang," ujar warga setempat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved