Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
MAKIN tingginya pertumbuhan penduduk membuat bisnis penatu kiloan kian bergairah. Kesibukan di luar rumah yang semakin padat membuat sebagian besar masyarakat tidak punya waktu lebih, ditambah pertimbangan ekonomi dalam mencuci sendiri di rumah. Beberapa tahun sebelumnya, usaha penatu kiloan masih jarang dijumpai. Kalau pun ada, itu hanya di sekitar jalan raya atau di kawasan indekos dekat kampus. Namun, belakangan ini usaha penatu terus menjamur hingga di tengah permukiman. Seperti yang terlihat di Jalan Inpres, Larangan, Kota Tangerang. Dalam jarak sekitar 1 km setidaknya terdapat tujuh penatu. Meski bukan tergolong usaha skala besar, di tempat tersebut, setiap hari selalu terlihat kesibukan pemilik dan pegawai penatu melayani order.
Ramlan ialah salah seorang yang empat tahun belakangan memantapkan diri terjun ke usaha penatu kiloan. Bersama istri dan satu anaknya, laki-laki asal Madiun, Jawa Timur, itu menyewa bangunan seluas 25 meter persegi untuk membuka usaha Zahra Laundry. Bangunan tersebut sekaligus difungsikan sebagai rumah tinggal mereka. Menurutnya, usaha penatu tidak tiba-tiba ia geluti. Karena tertarik untuk memberikan layanan jasa cuci kepada konsumen, ia terlebih dahulu belajar dari teman yang membuka usaha serupa. "Awalnya memang sudah tertarik buka bisnis sendiri," kata Ramlan, Selasa (20/9).
Pada awal menggeluti usaha penatu, ia bersama istri sempat pesimistis mampu mengubah ekonomi keluarga, sebab penghasilan dari usaha jasa tersebut hanya cukup untuk membayar sewa tempat usaha dan kebutuhan sehari-hari.
Barulah setahun kemudian ia merasakan hasilnya. Bahkan dua tahun belakangan, usaha penatunya kerap kebanjiran order, sehingga penyelesaian pekerjaan terkadang molor satu hari dari biasanya.
"Kadang kerjaan sampai molor sehari, karena hanya dikerjakan saya dan istri," tuturnya. Kini Ramlan setiap hari rata-rata menerima order penatu 100 kg dengan tarif Rp6.000 per kg untuk masa pengerjaan 2 x 24 jam dan Rp8.000 per kg untuk waktu pengerjaan 1 x 24 jam. Menurutnya, makin banyaknya peminat jasa penatu disebabkan masyarakat yang kian enggan mencuci pakaian sendiri, dan memilih cara praktis. Selain pakaian, Ramlan juga menerima jasa mencuci karpet, bed cover, tirai, dan boneka. "Tarif mencuci karpet dihitung per meter. Namun, yang paling banyak memang pakaian. Banyak orang malas mencuci sendiri, dan memilih jasa laundry," tuturnya. Dedi, pemilik Laundry D&D, menambahkan, kendati usaha penatu makin menjamur, ia yakin bakal bertahan karena kebutuhan masyarakat atas jasa pencucian pakaian itu makin tinggi. "Lihat saja, biar banyak yang buka usaha laundry, tetap laris. Berarti permintaan masyarakat tinggi," ujarnya.
Order membeludak
Namun, ia juga harus siap karena pada waktu-waktu tertentu pengguna jasanya akan membeludak, antara lain setelah libur panjang serta sebelum hingga setelah Hari Raya Idul Fitri. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pekerjaan yang menumpuk dan dikhawatirkan tidak tergarap maksimal, Dedi biasa menghentikan penerimaan order seminggu menjelang hari raya. Untuk merasakan gurihnya bisnis penatu, sambung Dedi, tidak memerlukan modal besar. Dengan modal sekitar Rp60 juta, ia sudah dapat membeli perangkat usaha lengkap, di antaranya sejumlah mesin cuci, pengering (dryer), setrika uap, gantungan baju, tag gun untuk memberi label pada tiap pakaian supaya tidak tertukar saat pencucian, rak berikut wadah pakaian, plastik kemasan, timbangan, serta sabun dan pewangi pakaian. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved