Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
ANGGOTA DPRD DKI Jakarta dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jhonny Simanjuntak menyoroti makin parahnya tingkat polusi udara di Ibu Kota.
Menurut Jhonny, secara umum tingkat polusi di DKI memang sudah cukup parah. Hal ini diperparah dengan belum konkritnya upaya atau kebijakan eksekutif DKI untuk mengatasi polusi.
Itu sebabnya dia mendorong Pemrov DKI untuk merespon masalah tersebut. Salah satunya terkait aksi demo dari Koalisi Masyarakat Jakarta Utara atas polusi udara di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara akibat debu batu bara.
“Problem polusi di Ibukota ini memang sudah sampai tingkat paling akut. Artinya perlu kerja untuk meminimallisir. Demo itu mungkin hanya sebagian respon kecil masyarakat tapi tetap harus diperhatikan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (4/9).
Baca juga: Hadapi Gugatan Polusi Udara, DKI Koordinasi dengan Para Tergugat
Anggota DPRD Dapil DKI Jakarta II (Kecamatan Koja, Cilincing, Kelapa Gading dan Kepulauan Seribu) itu juga mengkritisi tingkat kepatuhan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Jakarta.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan di DKI harusnya punya tanggung jawab secara menyeluruh dalam melaksanakan CSR. Dengan kata lain, CSR tidak hanya menyentuh manusianya saja, tapi segala hal berhubungan dengan manusia dan lingkungan sekitarnya untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat.
“CSR ini harus disorot. Perusahaan itu jangan hanya melakukan aktivitas yang profit, tapi lingkungan dan manusianya tidak diperhatikan. Kesehatan itu pernting dan harus dijaga,” tandasnya.
Sebelumnya, Koalisi Masyarakat Jakarta Utara menggelar aksi demonstrasi di depan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Sabtu (21/9). Demo itu terkait polusi udara akibat debu batu bara yang menyebabkan banyak warga Cilincing, Jakarta Utara menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Yudi Dimyati menjelaskan, sampai saat ini pihaknya telah menganalisa bahwa penyakit paling banyak ditemukan adalah ISPA. “Faktor nomor satu penyebab ISPA itu karena lingkungan (debu), bukan karena penularan,” ujar Yudi.
Sementara itu, Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Dwi Sawung, mengatakan debu batu bara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Meskipun tidak melalui proses pembakaran, debu batu bara tetap menghasilkan particulate matter (PM) 2,5, yakni debu melayang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 3 persen dari diameter rambut manusia. (Ant/A-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved