Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menuturkan pihaknya masih mencari solusi jangka pendek untuk mengatasi polusi udara di Jakarta menjelang perhelatan Asian Games. Menurut Anies, hasil evaluasi terhadap polusi udara di Jakarta belum stabil.
Pekan depan, Anies akan berbicara dengan sejumlah pakar Asian Games untuk mencari langkah-langkah yang memungkinkan untuk mengurangi polusi udara.
“Awal minggu depan akan kita bicarakan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan yang sifatnya khusus untuk persiapan Asian Games. Karena inikan penyelesaiannya jangka panjang ya, sekarang yang kita butuhkan jangka pendek,” kata Anies di Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (29/7).
Uji coba perluasan ganjil-genap di ruas jalan arteri telah diterapkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan polusi udara akibat kendaraan bermotor. Namun, menurut Anies, dampak dari kebijakan itu terhadap polusi udara belum stabil.
“Salah satu yang dilakukan kemarin memang dengan kebijakan ganjil genap untuk mengurangi, tapi kita lihat hasilnya masih plus minus. Ada hari dimana itu naik ada hari dimana turun. Nanti kita evaluasi lagi,” ucapnya.
Berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQU), menurut AirVisual pada Jumat (27/7), Jakarta berada di posisi kelima terburuk di dunia dan tetap paling buruk di antara negara-negara ASEAN.
Kualitas udara dapat diukur dengan mengukur tingkat partikel yang lebih kecil dari 10 mikrometer per meter kubik udara µg/m3, atau Particulate Matter (PM) 10. Ukuran ini kemudian telah diperbarui dengan PM2,5 yang mengukur partikel berukuran lebih kecil dari 2,5 µg/m3.
PM2,5 adalah partikel udara halus sangat berbahaya karena dapat berpenetrasi menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung, menyebabkan gangguan kesehatan di antaranya infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular, dan bahkan kematian.
Data AirVisual pada pukul 20.57 WIB, Jumat (27/7), menunjukkan Jakarta mencapai 138 µg/m3. Menurut kategori yang ditetapkan, konsentrasi skala 0-50 µg/m3 diklasifikasikan udara yang baik, 51-100 µg/m3 (moderat), 101-150 µg/m3 (tidak sehat untuk kelompok sensitif), 151-200 µg/m3 (tidak sehat), 201-300 µg/m3 (sangat tidak sehat), dan 300+ (bahaya). Artinya, Jakarta berada pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengklaim kualitas udara di Gelora Bung Karno (GBK) dan sekitarnya terkategori baik. Hal itu berdasar pada pantauan dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) Ambien Otomatis yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta per Rabu (25/7).
Isnawa menjelaskan parameter polutan PM10 terukur sebesar 52 ug/Nm3 dan masih jauh di bawah baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu 150 ug/Nm3. Sementara itu, untuk parameter PM2.5 terukur 43 ug/Nm3 dari baku mutu 65 ug/Nm3. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved