Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Gedung Sekolah di Bogor Ambruk Lagi

Dede Susianti
21/11/2017 09:21
Gedung Sekolah di Bogor Ambruk Lagi
(AMBRUK: Warga melihat bangunan SDN 02 Ciluar yang ambruk di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (20/11)---MI/Dede Susianti)

SEBUAH bangunan di Sekolah Dasar Neger­i (SDN) 02 Ciluar, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, ambruk, kemarin (Senin, 20/11). Kejadian itu hanya berselang satu pekan dari ambruknya SDN 01 Cipinang, Kecamatan Rumpin, daerah bagian barat Kabupaten Bogor.

Beruntung bangunan yang ambruk itu tidak menelan korban luka atau meninggal. Padahal, bangunan itu biasanya digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar oleh kelas 3.

“Kelas aktif di bangunan yang roboh itu. Pagi harinya para siswa masih belajar,” ujar Suratiningsih, salah satu guru di SDN 02 Ciluar, saat ditemui di sekolah, kemarin.

Ambruknya gedung itu, jelas dia, terjadi Sabtu (18/11) sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu hujan gerimis disertai angin kencang.

“Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, kami pindahkan ruang kelasnya. Proses belajar-mengajar digeser waktunya. Yang biasa masuk pukul 11.00 jadi masuk pukul 12.30. Belajarnya di ruang kelas yang baru selesai dibangun beberapa bulan lalu,” jelas Suratiningsih yang mengajar kelas 4 itu.

Tempat untuk kelas 3 dipindah ke ruang sebelah di lantai 1. Tempat kelas 4 yang berada di sebelah (satu din­ding) dengan ruang kelas yang rusak dan kelas 2 untuk sementara dipindahkan ke ruang kelas lain di lantai 2.

Dia menyebutkan ruang kelas 3 yang seluruh bagian atapnya ambruk itu merupakan bangunan 2003. Sebenarnya, bangunan yang ambruk itu sudah masuk program perbaikan.

“Setahu saya sudah masuk program tahun ini. Jelasnya ke kepala sekolah saja besok,” pungkasnya.

Sementara itu, SDN Cipinang 01, Rumpin, ambruk pada plafon dan rangka plafon yang sekaligus penyangga atap. Kejadian pada Sabtu (11/11) atau pekan lalu itu merupakan kejadian yang kedua kalinya. Sebelumnya hal serupa terjadi pada kelas IV yang berada satu deretan dengan kelas yang roboh beberapa hari sebelumnya.

Menurut Kepala SDN Cipinang 01, Umamah, ambruknya plafon beserta rangkanya terjadi dengan tiba-tiba. Ruang kelas tersebut merupakan kelas aktif, tetapi saat kejadian, siswa sedang berolahraga di luar ruangan.

Dia mengatakan ketiga ruang kelas itu sebelumnya sudah rusak berat. Terakhir dalam catatan data laporan pendidikan (Dapodik), pihaknya sudah memperbarui menjadi rusak berat.

Namun, hingga ambruknya atap bangunan tersebut, belum ada tanggapan untuk memperbaiki atau membangun bangunan yang rusak tersebut. Pihaknya pun tidak bisa menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Hal itu disebabkan tingkat kerusak­annya berat.

Sekolah itu dibangun pada 1986 dan masih aktif untuk kegiatan belajar-mengajar. Belum pernah ada perbaikan yang signifikan dari sekolah yang menampung sekitar 205 murid ini.

Kurang peduli
Anwar Razak, Koordinator Divisi Advokasi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Komite Pengawas Legislatif (Kopel) Indonesia, mengatakan sekolah itu termasuk yang menjadi perhatian serius lembaganya karena kondisi bangunan yang sudah tua.

“Kami sudah melaporkan berkali-kali ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor dan Bappeda, bahkan ke DPRD, terkait rawannya bangunan tersebut untuk KBM. Responsnya sangat lambat dan terkesan tidak peduli,” ungkapnya.

Berdasarkan catatan Kopel pada September–Oktober 2017, ada tiga peristiwa ruang kelas ambruk di Kabupaten Bogor. Perinciannya ruang kelas SDN Kampung Tengah, SDN Sukaluyu 03, dan SDN Ciomas 07. Pada November ini sudah dua gedung SDN.

Padahal, kalau berbicara anggaran, lanjutnya, Kabupaten Bogor ini memiliki Rp6,5 triliun dan termasuk yang ter­tinggi di Indonesia. Namun, kondisi infrastruktur pendidikannya sangat memprihatinkan.

Terkait dengan masalah itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor TB Luthfi Syam membantah kalau dikatakan tidak peduli. Di wilayahnya, total gedung SDN ada 1.543. Bangunan itu umumnya dibangun era Orde Baru, dikenal sebagai SDN inpres. Jumlah gedung SDN itu setara dengan 19 ribu lebih ruang kelas.

“Jadi, kalau ada laporan ruang kelas yang akan ambruk, saat kita benahi ternyata ada yang ambruk di tempat lain. Kita memakai skala prioritas karena keterbatasan dana,” dalih Luthfi yang dihubungi melalui telepon, kemarin.

Tahun ini, jelas dia, sekitar 300 ruang kelas, atau setara 100 SDN, akan direnovasi. Biaya satu ruang kelas Rp160 juta hingga Rp200 juta. Apalagi lokasi sekolah di Kabupaten Bogor itu terpencar, ada yang di pelosok gunung. Harga semen dan material antardaerah berbeda-beda.

“Jadi, berapa total biaya yang dibutuhkan Anda hitung sendirilah. Meski di wilayah kami ada pabrik semen, harga semen bisa berbeda karena ada biaya distribusi,” ujar Lutfhi.

Luthfi yang mantan Kepala Satpol PP Kabupaten Bogor mengatakan pihaknya ingin merenovasi semua bangunan sekolah yang rusak. Namun, anggarannya tidak cukup. Dalam beberapa kasus, pihaknya mendapat bantuan CSR untuk merenovasi ruang/gedung sekolah.

“Pihak sekolah seharusnya untuk perawatan ringan bisa menggunakan dana BOS. Ja­ngan dibiarkan sampai parah,” ujarnya. (Faw/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya