Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
AKSI protes meletus dan merebak di North Carolina, Amerika Serikat (AS), yang dipicu insiden fatal penembakan oleh seorang polisi terhadap seorang pria Afro-Amerika di sebuah kompleks apartemen di Charlotte. Sejumlah media melaporkan ratusan orang berkumpul di dekat lokasi penembakan Keith Lamont Scott, 43, Selasa (20/9) malam waktu setempat. Mereka meneriakkan kata-kata, 'Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian!'. Mereka juga mengusung poster bertuliskan 'Black Lives Mater'. Sejumlah orang yang marah melemparkan botol air dan batu ke arah para polisi yang menjaga dan mengawasi jalannya unjuk rasa. Hingga berita ini ditulis, belasan petugas terluka selama protes berlangsung. "Sekitar 12 petugas terluka. Salah satu petugas dipukul pada bagian wajah dengan batu," kata Departemen Kepolisian Charlotte-Mecklenberg (CMPD) dalam sebuah komentar di akun Twitter. Kicauan terpisah oleh pihak kepolisian mengungkapkan, "Petugas yang terluka sedang bertugas untuk melindungi masyarakat selama demonstrasi."
Protes berlanjut sampai Rabu (21/9) dan massa memblokade Interstate 85 serta mulai melakukan pembakaran di pusat jalan raya itu. Situasi tersebut memaksa kendaraan dan truk trailer berhenti. Sementara itu, sejumlah mobil polisi bersiaga di dekat lokasi. Beberapa laporan berita menyebutkan sejumlah warga sipil juga terluka. Laporan WSOC-TV melaporkan polisi mengenakan peralatan antihuru-hara dan menggunakan gas air mata ketika mencoba untuk menguasai massa yang marah.
Pelaku cuti
Laporan berita juga mengungkapkan petugas yang terlibat dalam penembakan, Brentley Vinson, telah cuti. Kantor berita AP menyebut Vinson berasal dari komunitas kulit hitam. Stasiun televisi WSOC-TV mengatakan Vinson dan petugas polisi lainnya sedang mencari seorang tersangka yang termaktub pada surat perintah penangkapan luar biasa. Saat pencarian itu polisi secara kebetulan mendapati Scott, yang bukan orang yang mereka cari, dalam sebuah mobil yang diparkir di gedung di kompleks apartemen. Para pejabat mengklaim korban memiliki senjata api yang tidak berstatus ilegal menurut hukum setempat. Konfrontasi terjadi dan polisi, yang mengatakan mereka merasa terancam oleh Scott, melepaskan tembakan dan membunuhnya.
Namun, kerabat Scott yang diwawancarai media lokal, mengatakan bahwa dia bukan tengah membawa senjata, melainkan memegang sebuah buku ketika ditembak mati Vinson. Wali Kota Charlotte, Jennifer Roberts, meminta warga untuk tenang.
"Masyarakat berhak mendapatkan jawaban dan penyelidikan menyeluruh akan dilaksanakan," ujarnya di Twitter.
Kerusuhan di Charlotte terjadi sehari setelah polisi di Kota Tulsa, Oklahoma, mengakui bahwa seorang pria kulit hitam yang mereka tembak mati pada Jumat (16/9) lalu tidak bersenjata. Dalam rekaman yang beredar di media, korban bernama Terence Crutcher tengah berjalan dengan posisi tangan di atas ketika ia ditembak polisi. (AFP/CNN/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved