WHO Peringatkan Tsunami Kasus Covid-19 akibat Varian Omikron dan Delta

BADAN Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa tsunami kasus covid-19 yang dipicu oleh varian Omikron dan Delta akan menambah tekanan pada sistem kesehatan yang sudah mencapai batasnya.

WHO mengatakan varian Delta dan Omikron yang menjadi perhatian adalah ancaman kembar yang mendorong jumlah kasus baru melaju ke rekor tertinggi, yang menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian.

WHO mengatakan kasus global baru telah meningkat 11% pekan lalu, sementara Amerika Serikat dan Prancis mencatat rekor jumlah kasus harian pada Rabu (29/12).

"Saya sangat prihatin bahwa Omikron, yang lebih menular, beredar pada saat yang sama dengan Delta, menyebabkan tsunami kasus. Ini dan akan terus memberikan tekanan besar pada petugas kesehatan yang kelelahan, dan sistem kesehatan di ambang kehancuran,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers.

Dia mengatakan tekanan pada sistem kesehatan tidak hanya karena pasien virus korona baru, tetapi juga sejumlah besar tenaga kesehatan jatuh sakit dengan covid-19.

WHO merefleksikan perang melawan covid-19 pada tahun 2021 dan berharap tahun depan akan berakhirnya tahap akut pandemi, tetapi memperingatkan bahwa itu akan bertumpu pada kesetaraan vaksin yang lebih besar.

WHO menginginkan 40% populasi di setiap negara divaksinasi penuh pada akhir tahun dan memiliki target 70% cakupan pada pertengahan 2022.

Tedros mengumumkan bahwa 92 dari 194 negara anggota WHO akan meleset dari target 40%.

"Ini karena kombinasi pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah hampir sepanjang tahun dan kemudian vaksin berikutnya tiba hampir kedaluwarsa dan tanpa bagian-bagian penting seperti jarum suntik," katanya.

“Ini bukan hanya rasa malu secara moral, itu merenggut nyawa dan memberi virus kesempatan untuk beredar tanpa terkendali dan bermutasi. Di tahun depan, saya menyerukan para pemimpin pemerintah dan industri untuk membicarakan kesetaraan vaksin.”

"Meski 2021 sulit, saya meminta semua orang untuk membuat resolusi Tahun Baru untuk mendukung kampanye vaksinasi 70% pada pertengahan 2022,” imbuhnya.

Tedros mengecam sikap negara-negara kaya yang menuduh mereka memonopoli senjata untuk memerangi covid-19, dan membiarkan pintu belakang terbuka untuk virus.

“Populisme, nasionalisme sempit, dan penimbunan alat kesehatan, termasuk masker, terapi, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara, menggerogoti pemerataan, dan menciptakan kondisi ideal untuk munculnya varian baru,” jelasnya.

Sementara itu disinformasi telah menjadi gangguan konstan pada tahun 2021, menghambat upaya untuk mengalahkan pandemi.

"Dalam gelombang besar kasus yang saat ini terlihat di Eropa dan di banyak negara di seluruh dunia, informasi yang salah yang telah mendorong keragu-raguan vaksin sekarang diterjemahkan menjadi kematian yang tidak proporsional yang tidak divaksinasi," katanya.

Tedros menyesalkan bahwa sementara ada 1,8 juta kematian yang tercatat pada tahun 2020, ada 3,5 juta pada tahun 2021 dan jumlah sebenarnya akan jauh lebih tinggi. (Straitstimes/OL-12)