Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Aksi para Buruh Berujung Bentrok

(AFP/Ire/I-3)
02/5/2017 23:00
Aksi para Buruh  Berujung Bentrok
(Seorang polisi antihuru-hara Prancis terbakar saat demonstrasi Hari Buruh Internasional yang berujung ricuh di Paris, Prancis, Senin (1/5). AFP/ZAKARIA ABDELKAFI)

PERINGATAN Hari Buruh Internasional atau May Day yang jatuh pada 1 Mei dan melibatkan puluhan ribu buruh di Paris, Prancis, Senin (1/5) yang dikaitkan dengan kampanye dua calon presiden (capres), Emma­nuel Macron dan Marine Le Pen, berujung bentrok. Dalam kekerasan yang melibatkan para buruh, enam polisi terluka. Situasi memanas saat sejumlah pemuda dengan penutup muka melemparkan bom molotov ke arah kerumunan polisi antihuru-hara. Polisi pun membalas dengan menembakkan gas air mata.
Tubuh seorang polisi terbakar akibat ledakan bom molotov. Terkait dengan insiden itu, Menteri Dalam Negeri Prancis Matthias Fekl mengecam kekerasan. Dia menyebut seorang polisi mengalami luka bakar serius pada bagian tangan dan wajahnya.

Capres presiden dari sayap kanan, Le Pen mengatakan, ”Ini ialah jenis kekacauan yang tidak ingin saya lihat lagi di jalanan kita.” Le Pen mengajak warga Prancis untuk menolak dunia keuangan yang penuh arogansi dengan uang sebagai raja. Dia menyebutkan arogansi itu mirip dengan kepribadian pesaingnya, Macron. Sebaliknya, dalam pidatonya, Macron membalas dirinya akan mempertahankan demokrasi yang bebas jika ribuan pendukungnya akan tetap memilihnya. Bersamaan dengan peringatan May Day, anggota serikat buruh yang berpawai juga menyuarakan penolakan terhadap Partai Front Nasional (FN) yang dibentuk Jean-Marie Le Pen, ayah dari Marine Le Pen yang anti-Yahudi.
Lima belas tahun lalu pada peri­ngatan Hari Buruh Internasional, sekitar 1,3 juta orang termasuk 400 ribu orang di Paris turun ke jalan-jalan untuk berunjuk rasa. Mereka juga menolak Partai Front Nasional yang kini mengusung Le Pen.

Dua organisasi serikat buruh, CFDT dan UNSA, telah meminta anggota mereka untuk mendukung capres Macron. Organisasi serikat sayap kiri lainnya, CGT, juga menyerukan untuk menentang Le Pen agar tidak menjadi identitas Prancis. Namun kelompok CGT juga menolak untuk mendukung Macron yang dianggap sebagai liberalis. Organisasi buruh terbesar itu me­nolak mendukung Macron dan juga Marine Le Pen. Pemimpin CGT, Philippe Martinez, sangat tidak setuju dengan pendekatan yang dilakukan Le Pen dan Macron. “Front Nasional ialah partai ra­sis dan xenofobia yang antipe­rempuan dan antipekerja dan me­nolak partai ekonomi liberal,” kata Martinez. Le Pen membalas dengan menga­takan serikat pekerja tidak membela kepentingan pekerja dan mengutamakan kelompoknya sendiri. (AFP/Ire/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya