28 Kota Besar di AS Terancam Tenggelam, Mirip Jakarta Ini Penjelasan Ahli

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Cities mengungkapkan fakta mengejutkan: 28 kota terbesar di Amerika Serikat—termasuk New York, Chicago, dan Houston—sedang mengalami penurunan permukaan tanah (subsidence) yang signifikan.

Fenomena ini memicu kekhawatiran global karena sangat mirip dengan apa yang terjadi di Jakarta, yang dikenal sebagai salah satu kota yang tercepat tenggelam di dunia.

Apa Itu Subsidence dan Mengapa Terjadi?

Subsidence adalah proses penurunan permukaan tanah yang biasanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pengambilan air tanah secara berlebihan, ekstraksi minyak dan gas, serta tekanan berat dari bangunan tinggi. Di kota-kota besar, faktor ini diperparah oleh pembangunan masif dan perubahan struktur geologis.

Faktor Utama Penyebab Penurunan Tanah:

Ekstraksi air tanah berlebihan
Pengambilan minyak dan gas alam
Baca juga : Selatan Jakarta Ikut Alami Penurunan Muka Tanah
Beban gedung-gedung pencakar langit
Perubahan geologis pasca-Zaman Es

Kota-Kota di AS yang Mengalami Penurunan Tanah

Menurut studi tersebut, lebih dari 65% area urban di 25 dari 28 kota besar AS kini menunjukkan gejala penurunan tanah. Hal ini berdampak langsung pada sekitar 34 juta penduduk, atau 12% dari populasi AS.

Berikut beberapa kota dengan tingkat penurunan tertinggi:

Houston: hingga 20 milimeter per tahun
New York City: 1–2 mm/tahun di beberapa area padat gedung
Chicago, Dallas, Denver, Seattle: 2–10 mm/tahun

Di San Antonio, 1 dari 45 bangunan kini berada di area yang dikategorikan berisiko tinggi rusak akibat tanah amblas.

Dampak Langsung pada Infrastruktur dan Lingkungan

Penurunan tanah yang terjadi secara tidak merata berpotensi menyebabkan:

Kerusakan pada fondasi bangunan dan jembatan
Ketidakstabilan jalan raya dan jalur kereta
Peningkatan risiko banjir di wilayah pesisir
Kerugian ekonomi dalam skala besar

Fenomena ini secara nyata mencerminkan krisis serupa yang dihadapi Jakarta, di mana wilayah utara kota telah turun lebih dari 2,5 meter dalam 10 tahun terakhir dan terus mengalami penurunan setiap tahun.

Solusi yang Direkomendasikan oleh Para Ilmuwan

Untuk mengatasi ancaman ini, para peneliti memberikan beberapa langkah konkret:

Pengelolaan air tanah yang lebih ketat
Pemerintah kota diminta mengurangi penggunaan air tanah dan beralih ke sumber air permukaan atau daur ulang air.
Perencanaan tata ruang yang adaptif
Pembangunan gedung harus mempertimbangkan risiko penurunan tanah dan memperkuat regulasi bangunan.
Pemantauan satelit dan IoT
Teknologi pemetaan permukaan tanah secara real-time seperti interferometric SAR (InSAR) harus diimplementasikan secara luas.

Kesimpulan: Ancaman Global yang Tak Bisa Diabaikan

Kasus penurunan tanah bukan lagi persoalan lokal seperti yang selama ini dialami Jakarta, melainkan ancaman globalyang kini menyasar kota-kota besar di negara maju seperti Amerika Serikat. Dengan populasi tinggi dan infrastruktur bernilai miliaran dolar, kegagalan mengantisipasi fenomena ini dapat memicu krisis multidimensi.

Sebagaimana Jakarta dijadikan studi kasus global tentang kota tenggelam, New York dan Houston kini berada di jalur yang sama jika tidak segera mengambil tindakan preventif. (Z-10)