Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Peduli karena Mengalami

(*/M-4)
22/9/2016 03:15
Peduli karena Mengalami
(DOK PRIBADI)

BERITA butuh migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mengalami kejadian tak mengenakkan dari majikannya, seperti kekerasan dan pelecehan, dibenarkan Eni Lestari Andayani. Eni merupakan buruh migran Indonesia yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Hong Kong sejak 1999. Siapa sangka Ketua International Migrant’s Alliance (IMA) itu dulunya merupakan korban perdagangan manusia juga. Rabu (31/8), Eni bercerita tentang pengalamannya mencari pekerjaan. Setelah lulus dari SMA Papar Kediri, ia berniat meneruskan kuliahnya. Sayangnya, krisis ekonomi yang melanda Indonesia membuat keluarganya terpuruk. "Aku dulu ingin sekali kuliah, ya, biar kerjanya minimal di kantor gitu. Namun karena tawaran temanku untuk menjadi buruh migran, aku enggak berpikir lama. Aku tak punya pilihan kecuali kerja di luar negeri," kata Eni.

Akan tetapi, pengalaman tak enak terjadi sejak di penampungan. Dalam lima bulan di penampungan, Eni bersama temannya merasa sangat terkungkung. Ia mengaku kamar yang ditempati mereka diisi 15 orang dengan sirkulasi udara yang kurang. "Kami kayak di penjara, tidur di lantai, buat mandi saja ngantri, enggak ada hiburan. Kami sangat trauma," kata Eni.
Tak hanya itu, perlakuan tak enak pun ia rasakan setelah sampai di agen. Dengan alasan tidak punya pengalaman dalam bekerja, selama enam bulan bekerja ia tidak diberi libur, tidak diberi upah, paspor ditahan, tidak diberi makan dan tempat tidur layak, dan tidak ditolong ketika mengadu. Itu menyebabkan dia kabur dari majikan. Eni ditampung di Selter Bethune House. Di sela-sela kesibukannya bekerja sebagai buruh, Eni mengorganisasi migran perempuan sektor domestik melalui media sosial dan telepon seluler. Cara itu dianggap efektif untuk menjangkau teman senasib yang tersebar di beberapa negara dengan membangun Asosiasi Buruh Migran Indonesia (ATKI-HK) pada 2000.

Sejak 2008 hingga sekarang, Eni terpilih sebagai Ketua International Migrants Alliance (IMA), aliansi global pertama yang menghimpun migran dan pengungsi akar rumput di 32 negara. IMA selama ini aktif membawa suara migran dan pengungsi di berbagai forum regional dan internasional. Eni juga aktif menjadi pembicara di forum-forum akademisi, agama, masyarakat sipil, PBB, dan berbagai kalangan yang membahas masalah kondisi migran dan pembangunan. Itu tentunya menjadi bahan evaluasi semua negara. Eni bahkan berharap pemerintah Indonesia bisa menyelesaikannya dengan berdiskusi bersama kaumnya. "Jangan bicara tentang kami, tanpa melibatkan kami! Dengar dan bicara dengan kami tentang buruh migran, pembangunan, dan hak asasi manusia," ungkap Eni. (*/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya