Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Titik Balik Sebuah Nazar Menjadi Kenyataan

Suryani Wandari Putri Pertiwi
14/1/2022 05:35
Titik Balik Sebuah Nazar Menjadi Kenyataan
Founder Precious One, Ratnawati Sutedjo.(MI/Fransisco Carolio Hutama)

FOUNDER Precious One, Ratnawati Sutedjo, pernah mengalami infkesi virus hepatitis A yang menyebabkan peradangan pada hati pada 2001. Infeksi itu menyebabkan fungsi hatinya menurun. Ia tidak nafsu makan dan dokter menyarankan untuk beristirahat total di tempat tidur selama dua bulan.

Ratnawati merasa menjadi orang yang tidak berguna meski anggota tubuhnya masih lengkap.

"Saya merasa kok hidup saya tidak berguna. Padahal, saya masih punya tangan, kaki, telinga, mata, dan lainnya. Hanya saya tak punya kekuatan untuk melakukan banyak hal karena ketidakberdayaan saat itu," kenang perempuan yang akrab dipanggil Ratna saat diwawancarai Media Indonesia, Jumat (31/12).

Bagi beberapa orang, mungkin ini menjadi titik terendah dalam hidup. Namun, bagi Ratna, kondisi ini diterjemahkan berbeda. Justru Ratna menemukan titik balik sebuah pandangannya terhadap kaum disabilitas.

Waktu dua bulan digunakannya banyak berpikir mengenai kondisi kaum disabilitas yang memiliki fisik tak sempurna, mungkin mirip seperti dirinya saat itu yang tak bisa melakukan aktivitas umumnya.

Hingga akhirnya, terucap nazar akan bergaul dan ingin dekat dengan kaum disabilitas jika memang dirinya pulih dari hepatitis A.

"Itu benar-benar langkah awal. Niat itu yang akhirnya Tuhan membukakan jalan," ucapnya.

Kesungguhan niat ini pun dibarengi dengan tekadnya untuk meningkatkan ilmu dan wawasan. Ia tekun mempelajari bahasa isyarat selama 1,5 tahun kepada Baron Sastradinata.

Di saat yang sama, Ratna mulai melakukan pendekatan kepada para disabilitas. Ia ingat betul, orang pertama yang ditemuinya ialah anak kecil yang mengalami lumpuh di separuh tubuhnya. Kondisi tubuh anak itu dijelaskan mampu mendengar, tetapi tak dapat berbicara lantaran separuh tubuhnya tidak berfungsi. Satu tangan kanan bisa digerakkan, tetapi satu tangan lainnya di luar kontrolnya.

Pelan-pelan Ratna pun mulai mempraktekan bahasa isyarat hingga anak tersebut pun belajar. Sedikit demi sedikit, anak ini pun bisa mengeja kata dalam bahasa isyarat di satu tangannya seperti mengeja nama, mengucapkan terima kasih, dan sebagainya. Ada kebanggan tersendiri di benak Ratna ketika anak tersebut bisa berkomunikasi tanpa bantuan dokter.

"Paling tidak, apa yang kita pelajari dan kita berikan itu ada gunanya," kata Ratna.

Cara yang sama juga ia lakukan ke beberapa disabilitas lain. Ia tak canggung lagi untuk berkomunikasi bahkan bergaul dengan mereka. Hasilnya, Ratna punya pemahaman bahwa stereotipe masyarakat terhadap disabilitas masih negatif. Memandang sebelah mata dan meremehkan kemampuannya. Bahkan keadaan itu membuat kelompok disabilitas sulit mendapatkan pekerjaan.

"Waktu itu saya melihat mereka ditolak, tak diberi kesempatan. Saya merasa bukan mereka yang tak punya kemauan bekerja. Mereka punya hak yang sama meski mengalami keterbatasan," ungkap Ratna.

 

Pekerjaan bagi Disabilitas

Dari curahan hati para disabilitas inilah tekad Ratna semakin bulat untuk dapat membantu dan membuka lapangan pekerjaan. Di tahun 2004 labelnya Precious One mulai dibuka dengan visi mengurangi pengangguran di Indonesia.

"Nama Precious One diambil dengan pengertian bahwa siapa pun mereka dalam kondisi apapun merupakan sosok pribadi yang berharga. Berharga di mata pencipta-Nya karena Tuhan tak pernah menciptakan makhluk yang salah," tandas Ratna.

Precious One merupakan bagian dari Yayasan Karya Insan Sejahtera yang fokus pada pemberdayaan penyandang disabilitas sehingga penyandang disabilitas dapat membuka potensi mereka yang sebenarnya. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup memiliki tujuan dan nilai.

Dalam perjalanannya, lebih dari 7.000 murid SLB pernah merasakan bermain bersama dalam satu kegitan. Lebih dari 7 kota telah diadakan acara bermain bersama siswa SLB hingga lebih dari 5.000 siswa nondisabilitas telah mendapatkan edukasi stop bully disabilities.

Tak hanya itu, lebih dari 50 karyawan disabilitas pernah belajar di Precious One dan lebih dari 100 mitra perusahaan pun telah berpartisipasi.

Kini setiap harinya ada 20 orang disabilitas yang datang ke workshop di Jl Berlian Selatan D1A/8, Meruya Utara, Jakarta Barat untuk melakukukan pekerjaan produk, mulai alat peraga untuk mengajar anak-anak produk fesyen, tas dan dompet, home decor, beragam aksesori, hingga produk yang bisa dibuat secara custom.

Ratna mengungkapkan, untuk dapat bekerja di Precious One, tak harus bisa menjahit karena nantinya akan dilakukan pelatihan selama 1 bulan untuk dapat memegang sebuah tugas. Yang terpenting baginya, para disabilitas ini memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab yang tinggi.

Tak hanya itu, Precious One pun fokus pada kualitas produk yang harus terjaga. Pasalnya, pandangan masyarakat terhadap disabilitas masih negatif. Bahkan tak jarang di awal-awal masih ada yang menganggap membeli produk lantaran kasihan.

"Ya, itu tak dapat dipungkiri tapi tugas kami adalah menjaga kualitas produk. Awalnya beli karena kasihan ya sudah enggak apa-apa. Ketika kualitas dijaga, itu akan bergeser,” lanjut Ratna.

Oleh karena itu, dengan misinya menginspirasi masyarakat melalui pemberdayaan disabilitas lewat kerja, produk berkualitas dengan moto Precious Product from Precious People. Precious One punya tanggung jawab moral untuk pelaku usaha di berbagai daerah agar punya kulitas yang sama.

Saat ini Precious One sedang membuka program BANGGA ketiga. Program ini merupakan program pemberdayaan para pengusaha penyandang disabilitas dan nondisabilitas yang menawarkan isu-isu kepada para penyandang disabilitas.

Program BANGGA berkomitmen untuk memperkuat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk membantu pemulihan mereka setelah dampak negatif dari pandemi. Lebih dari 40 pengusaha disabilitas dan keluarga berkebutuhan khusus telah mendapatkan manfaat pendampingan dan modul yang dibagikan melalui kelas online yang diberikan oleh pembicara dan mentor terbaik di bidangnya.

"Kita sedang dalam proses pendaftaran, nanti pelaksanaannya dilakukan secara daring karena masih dalam masa pandemi," kata Ratna.

Dengan beragam kegiatan ini, Ratna pun berharap para disabilitas ini dapat bangkit dan tak terlalu memikirkan para kekurangan diri.

"Jangan fokus pada kelembahan, tetapi fokus pada apa yang bisa. Ketika apa yang kamu bisa, itu kamu latih terus. Jadilah ahli dibidangnya sehingga orang tidak memandang sebelah mata," pungkasnya. (N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik