Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Mendapat Kesetaraan di Kampus Kita Setara

Deri Iqbal Mahendra
24/12/2021 06:00
Mendapat Kesetaraan di Kampus Kita Setara
Para penyandang disabilitas foto bersama sesusai mengikuti pelatihan wirausaha mandiri di kampus Kita Setara.(MI/Dero Iqbal Mahendra)

BERAWAL dari ngobrol-ngobrol santai bersama rekan-rekan disabilitas, Agusnadi kemudian berinisiatif untuk merealisasikan ide perlunya wadah bagi mereka sebagai tempat berkumpul.

Para penyandang disabilitas mendambakan kesetaraan dan tidak ada perbedaan. Konsep ini yang kemudian diramu dan dijadikan dasar dari terbentuknya komunitas Kita Setara Indonesia.

"Artinya tidak ada perbedaan walaupun memang secara fisik ada perbedaan. Namun, sebenarnya secara total kita tidak berbeda, malah berbeda itu justru membuat kita kaya makna," kata Agusnadi, founder Kita Setara Indonesia kepada Media Indonesia, pekan lalu.

Agus menyarankan agar tempat tersebut tidak hanya sekadar sebagai tempat kumpul dan ngobrol tanpa kegiatan. Atas dasar itu kemudian disepakati adanya kegiatan berbagi dan mengembangkan pengetahuan dalam bentuk pelatihan di setiap akhir pekan meski belum terstruktur. Sifatnya sukarela.

Perlahan kegiatan itu kemudian menjadi lebih tertata dan bergerak menjadi sebuah rumah kehidupan bagi penyandang disabilitas sebab para peserta yang datang melakukan kegiatan berbagi yang mencerahkan. Misalnya, terkait bahasan disabilitas dapat bekerja di perusahaan yang diikuti dengan berbagi pengetahuan persiapan masuk dunia industri. Belakangan ini mulai fokus terkait bagaimana berwirausaha.

"Saya katakan berbisnis itu bukan hanya sekadar pengen, tetapi harus siap diri. Kalau mereka merasa masih berbeda, saya nilai mereka belum siap. Saya motivasi apakah benar mau berbisnis bukan hanya pelarian atau hanya cari kegiatan sebab berbisnis ada hitung-hitungannya," ungkap Agus.

Salah satu yang unggul ialah produk es kopi susu yang dibuat dengan peralatan sederhana tanpa menggunakan alat layaknya kafe. Meski dengan kesederhanaan itu, produk tersebut pun sukses dan mendapatkan tempat di pelanggan karena keunikan dan value kesetaraan yang diusung.

 

Kampus Kita Setara

Salah satu hal yang menarik dalam perjalanan rumah kehidupan ialah bergesernya nama mereka menjadi kampus Kita Setara. Umumnya kampus identik dengan institusi pendidikan dengan bangunan atau wilayah yang luas. Konsepsi itulah yang sering membuat driver ataupun kurir online terkecoh dan kebingungan saat mengantarkan pesanan. Sebab yang mereka temukan di titik lokasinya hanya sebuah rumah dua lantai dengan pekarangan yang cukup luas.

Terlepas dari kesederhanaan bangunan itu, kampus Kita Setara mampu memunculkan esensi dasar dari akademi, yakni kampus pertama di dunia kreasi filusuf Yunani, Plato.

Dalam kampus Kita Setara, teman–teman disabilitas dapat belajar banyak hal dalam sebuah komunitas, berbagi pengetahuan, bukan hanya skill, melainkan juga cara berpikir akan kesetaraan.

Selain itu, penamaan kampus juga menjadi sebuah kebanggan bagi para penyandang disabilitas karena mayoritas belum pernah merasakan jenjang kuliah.

"Jadi, kalau ditanya orang mau ke mana, dia menjawab mau ke kampus. Itu rasanya ada sebuah rasa kebanggan dan kesetaraan. Itu yang menjadi alasan meski kampus kita belum seperti kampus lainnya. Namun, ini ialah kampus kehidupan kita bisa belajar banyak tentang kebidupan dan tentang kesetaraan," jelas Agus.

Teman-teman disabilitas dapat datang setiap waktu untuk belajar. Bahkan mereka bisa meminjam mesin jahit bila tidak ada yang memakai untuk latihan. Ada juga yang meminjam mesin jahit di kampus setelah dapat orderan jahitan.

Adapun untuk kopi, mereka dapat datang dan memperhatikan bagaimana menyiapkan kopi dan melayani pelanggan secara langsung. Saat ini setidaknya sudah ada 500 sahabat inspirasi disabilitas yang menerima manfaat dari program Kita Setara Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, dan daerah Indonesia timur.

 

Pendekatan triple helix

Agus memiliki visi yang dipelajari teman-teman disabilitas di kampus, tidak hanya sekedar teori dan selesai. Untuk itu ia berupaya menciptakan ekosistem end to end dalam arti tidak hanya ilmu dan praktik, tetapi juga mengenai manajemen bisnis, pemasaran, hingga bahkan akses permodalan untuk yang terbaik.

Agus menerangkan, saat ini pihaknya menerapkan pendekatan triple helix, yakni akademisi, swasta, dan government. Bentuk kerja samanya dengan hadirnya para mahasiswa dari beberapa universitas, seperti Prasetya Mulya, Binus, hingga Universitas Indonesia. Para mahasiswa tidak hanya melakukan penelitian, tetapi ikut aktif mengaplikasikan pengetahuannya bagi para disabilitas dengan membuat sejumlah modul.

Saat ini pihaknya sedang mengembangkan metode belajar secara nasional bagi disabilitas. Salah satunya terkait pembelajaran kopi dasar yang dapat dapat dipelajari hanya dengan masuk ke web kitasetara.com. Bila tertarik belajar lebih lanjut, mereka dapat mendaftar sebagai member kitasetara.com secara gratis. Namun, mereka harus memiliki komitmen.

Di sana ada modul-modul belajar, mulai pengembangan diri, bisnis model, hingga pengembangan lainnya. Nantinya peserta akan mendapatkan skor, yang bila mana skornya bagus, kita akan undang untuk offline dan validasi.

Nantinya teman-teman disabilitas dapat mengikuti pelatihan serta mengikuti kompetisi perencanaan bisnis yang akan mereka presentasikan ke depan juri. Pemenangnya akan mendapatkan modal kerja yang nilainya per orang mendapat sekitar Rp20 juta sebagai bagian dari CSR PT Capital Finansial.

"Kegiatan ini sudah kita laksanakan sejak tahun lalu. Per tahunnya kami baru mampu satu batch dengan 25 orang, tetapi hanya kelas kopi. Untuk tahun ini, kita memasukkan kelas menjahit. Kita juga telah menjadi community hub terbaik oleh Kemenparekraf pada tahun lalu. Kota Tangerang Selatan sendiri juga mulai menaruh perhatian kepada komunitas ini," tutur Agus.

Direktur PT Capital Financial Indonesia Tbk, Aidil Fathany, mengungkapkan pihaknya sudah mendukung Kampus Kita Setara sejak 2019 berupa lokasi hingga mesin jahit dan peralatan pendukung.

Pihaknya juga memberikan materi akan pengetahuan keuangan dan finansial kepada para peserta agar dapat menjadi modal saat berwirausaha nantinya. Pun diberikan literasi terkait teknologi bagaimana memasarkan suatu produk, bagaimana membuat produk sesuai demand pasar. "Juga bagaimana meningkatkan kualitas dan kapasitas dari para peserta serta membuka peluang memasarkan ke dunia digital," ujar Aidil.

Komunitas ini juga memungkinkan mereka memiliki networking antarpeserta dan dapat bekerja sama dalam komunitas dengan mengundang motivator dan lainnya. (N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya