Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PULUHAN orang memadati EFE Hotel Marinela di Sofia, Bulgaria, Kamis (19/9) malam. Mereka menyimak sangat serius ketika model-model berambut pirang asal Bulgaria berbaju batik tulis, berlenggak-lenggok di panggung catwalk Sofia Fashion Week 2019.
Tepuk tangan terdengar di dalam ruangan ketika desainer yang merancang semua busana itu muncul di atas panggung. Dialah Chossy Latu, desainer asal Indonesia yang sudah malang melintang di berbagai panggung fesyen internasional.
Untuk malam itu, Chossy menampilkan 14 karya rancangannya dengan menggunakan bahan batik tulis dan mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat Bulgaria. Seusai acara, mereka menghampiri Chossy Latu untuk bertanya bagaimana bisa memiliki koleksi yang ia tampilkan.
“Koleksi saya kali ini menggunakan batik tulis. Saya memberi judul cross sophistication untuk rancangan saya ini,” kata Chossy Latu kepada jurnalis Metro TV, Edi Ginting, di sela-sela acara.
Bukan tanpa alasan ia mengangkat batik ke panggung itu. Menurutnya, batik merupakan salah satu budaya Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dunia. “Karena batik merupakan sebuah tradisi dan saya tampilkan dalam bentuk fesyen masa kini,” imbuhnya.
Sofia Fashion Week sudah sembilan kali digelar dan diikuti banyak desainer dari berbagai negara. Tahun ini, Chossy tampil di ajang itu bersama desainer Itang Yunasz yang diwakilkan timnya. Jika Chossy menampilkan batik tulis, Itang memamerkan 12 karyanya yang menggunakan bahan sutra dan katun bermotif tenun Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di ajang Sofia Fashion Week, Indonesia sudah dua kali berpartisipasi. Tahun lalu, perancang Ghea Panggabean ikut memamerkan sejumlah koleksinya yang sangat kental dengan corak Nusantara, terutama batik.
Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria Sri Astari Rasjid, mengatakan keikutsertaan Indonesia ini merupakan bagian dari diplomasi budaya yang dirintisnya sejak menjabat duta besar pada 2016. “Harapan kita adalah Indonesia semakin dikenal oleh dunia internasional. Dengan mempromosikan dunia fesyen kita, orang-orang akan melihat bagaimana kemajuan sebuah negara,” kata Sri Astari.
Konsisten
Ya, Fesyen bersifat universal. Tidak ada yang mampu membatasinya. Fesyen menyebar melintasi batas negara. Begitu juga dengan batik, kain tradisional Indonesia yang kini terus mendunia. Tangan-tangan kreatif para perancang busana punya peran besar dalam membawa batik melintasi batas negara. Nama Chossy Latu terselip, di antaranya tidak hanya batik, tetapi juga tenun.
Chossy Latu dikenal konsisten mengangkat kain tradisional negeri ini dalam setiap rancangan busananya. Pada 2012, Chossy sukses menembus panggung peragaan mode elite Eropa dengan karya-karyanya berbahan dasar modifikasi tenun tradisional di Museum Quarteir, Wina.
Lalu pada November 2013, Chossy Latu menampilkan baju batik ready to wear dan haute couture dalam sebuah fashion show di New York, Amerika Serikat.
Chossy mengembangkan bakatnya pada bidang merancang pakaian dengan memperdalamnya di London College of Fashion, Inggis, pada 1976-1978.
Sepulangnya dari London, pada 1979, ia mengikuti Lomba merancang pakaian yang bergengsi, Lomba Perancang Mode Indonesia, yang pertama dan berhasil keluar sebagai salah satu pemenang.
Pada 1982-2000, Chossy menjadi perancang busana eksklusif untuk batik Iwan Tirta. Ia juga mempresentasikan keahliannya dalam mendesain seragam instansi pemerintah, perbankan, perhotelan, dan perusahaan penerbangan serta berbagai kostum pergelaran kesenian dan busana kebutuhan periklanan. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved