Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PENYANYI Namara Surtikanti atau beken dengan nama panggung Kikan Namara, 43, mengkhawatirkan nasib regenerasi vokalis band perempuan di Indonesia. Pernyataan itu diutarakan dari perspektifnya sebagai anak band, melihat peran perempuan di industri musik.
"Saya sudah kangen, ingin lihat ada band-band baru Indonesia bermunculan yang vokalisnya perempuan," kata Kikan saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/9).
Kikan menilai jumlah perempuan dan laki-laki di ekosistem industri musik kini nyaris sama dengan kualitas yang lebih baik. Namun, untuk kategori grup band, terbilang lambat.
"Sebagai anak band, buat saya sangat penting perempuan mengambil peran juga di dunia musik sehingga tidak hanya didominasi oleh musisi laki-laki. Saya lagi menunggu-nunggu mana nih band Indonesia yang vokalisnya band perempuan," kata eks vokalis grup band Cokelat itu.
Kikan mengawali kariernya bersama Cokelat ketika lagu Cokelat terpilih masuk untuk masuk album kompilasi Indie Ten pada 1998, bersama Padi, Wong, dan Caffeine. Sejak itu, nama Cokelat semakin dikenal masyarakat. Selain Kikan, grup band dengan vokalis perempuan di eranya yang juga bersinar ialah Kotak, Mocca, Geisha, dan Vierra.
Saat bersama Cokelat, Kikan telah merilis tujuh album, yaitu Untuk Bintang, Rasa Baru, Segitiga, Dari Hati, Panca Indera, Tak Pernah Padam, dan Untukmu Indonesiaku. Perjalanan Kikan di grup itu pun berakhir pada 2010, lewat pengunduran diri Kikan.
Selepas itu, Kikan disibukkan dengan proyek solo dan panggung off air. Pada 2018, Kikan didapuk sebagai pembuka konser Guns N' Roses
dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di hadapan ribuan
penonton yang memadati Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Konser bertajuk Not in this Lifetime Tour itu menjadi yang pertama di
dikunjungi band pelantun lagu Paradise City ini di kawasan Asia.
Coba berdamai
Saat ini penyanyi yang barus saja berulang tahun pada 9 September lalu itu tengah mempersiapkan album solo perdana. Materi album berisikan 10-12 lagu bertemakan cinta secara universal.
"Cinta tidak hanya laki-laki dan perempuan, tapi juga antara ibu dengan anak, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sekitarnya, manusia dengan lingkungan. Semua berbagai macam bentuk cinta itu akan saya coba tuangkan ke dalam album ini," urainya.
Diungkapkannya, pengerjaan album solo perdananya bukan tanpa perjuangan karena Kikan mengaku takut dibandingkan dengan band terdahulunya. Tapi, setelah beberapa bulan mengerjakan album itu, Kikan membuang jauh-jauh pikiran itu.
Ia menyadari kecemasan itu hanya akan menghambat proses kreatifnya sebagai musisi. Akhirnya, Kikan mulai menerima jika dirinya tidak bisa lepas dari bayang-bayang grup band Cokelat karena saat ia terus menghindar hal tersebut justru terus membebaninya.
"Saya mencoba menerima bahwa saya memang lebih dari 10 tahun sama Cokelat, image saya sudah sangat menempel bahkan orang sampai hari ini memanggil saya Kikan Cokelat," tutur perempuan yang pernah bercita-cita untuk menjadi seorang pianis profesional itu.
Setelah berdamai dengan masa lalunya, Kikan pun menikmati hasilnya. Kreatifitasnya mengalir apa adanya, termasuk genre musik yang digelutinya kini. (Medcom.id/Ant/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved