Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) akan ber-upaya melakukan negosiasi dengan pemerintah Arab Saudi agar tenda bagi para jemaah haji di Mina dapat diubah dengan model dua lantai. Tujuannya supaya jemaah tidak berdesakan. Hasil evaluasi Kemenag 2017, hal tersebut paling banyak dikeluhkan.
"Dari tahun lalu, hanya layanan Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina) saja yang rendah karena beberapa hal. Di antaranya dengan penambahan kuota haji 221.000, kuota ketersediaan lahan untuk tenda-tenda bagi jemaah tidak mencukupi di Mina," kata Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Mastuki ketika dihubungi, Kamis (26/4).
Ia menjelaskan jarak antarjemaah di dalam tenda tersebut belum ideal, yakni 0,9 meter. Padahal, seharusnya jarak atau ruang antarjemaah saat berada dalam tenda ialah 1,5 meter. Ketersediaan lahan di dalam tenda, tambahnya, ditentukan pemerintah Arab Saudi, termasuk toilet dan kipas angin.
"Penetapan lahan (untuk tenda) merupakan otoritas pemerintah Arab Saudi. Semua ulama dikumpulkan untuk menentukan jemaah dari seluruh dunia harus berada dalam radius yang ditetapkan," terangnya.
Mastuki mengatakan, apabila pemerintah Arab Saudi bersedia mengubah model bangunan tenda menjadi dua lantai, layanan kepada jemaah dapat lebih baik. "Kalau masalah itu bisa diselesaikan, target indeks kepuasaan jemaah bisa naik," ucapnya.
Adapun kepuasaan jemaah untuk layanan katering, hotel, dan transportasi, tuturnya, dinilai cenderung baik. Untuk meningkatkan layanan tersebut, Kemenag telah berkerja sama dengan provider atau penyedia layanan tepercaya.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Survei Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) 2017 yang menyatakan indeks kepuasan itu meningkat 1,02 poin menjadi 84,85% dari 83,83% pada 2016. Kemenag menargetkan indeks kepuasaan penyelenggaraan ibadah haji 2018 meningkat lagi menjadi 85%.
Mastuki juga mengatakan, tahun ini Kemenag menambah jumlah petugas haji menjadi 3.750 orang dari 2017 yang sebanyak 3.500 petugas. Meski begitu, ia mengakui jumlah tersebut belum ideal karena satu petugas haji mendampingi 60 jemaah, sedangkan idealnya mendampingi 30 jemaah.
Ia mengungkapkan, dengan belum idealnya jumlah petugas, kendala yang dihadapi mereka umumnya terjadi saat jamarat hari pertama yang pada tahun ini diperkirakan jatuh pada 10 atau 11 Zulhijah mendatang.
Pada saat itu semua jemaah melakukan lempar jumrah secara bersama-sama sehingga menjadi tantangan bagi para petugas. "Semua petugas umum, kesehatan, dan lainnya ditarik ke sana. Itu pun masih belum bisa mengantisipasi seluruh jemaah yang ada," kata dia.
Untuk layanan media center, berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun, kata Mastuki, relatif tidak ada kendala.
"Media center tidak ada kendala berarti karena mobilitasnya tinggi, yang areanya kita bagi, sehingga relatif bisa terjangkau," pungkasnya.
Hampir final
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan persiapan penyelenggaraan haji 2018 telah sesuai dengan yang direncanakan dan sudah mendekati final.
"Alhamdulillah hingga saat ini persiapan sesuai dengan yang direncanakan. Seluruh hotel sudah seluruhnya kita sewa, tinggal penuntasan kontrak-kontrak beberapa saja," kata Menag, Kamis (26/4).
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan RI telah menyiapkan berbagai hal untuk kelancaran pelaksanaan ibadah haji tahun ini, antara lain merekrut 1.500 tenaga kesehatan haji, menyiapkan klinik kesehatan haji, dan menyiapkan katering.
(H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved