Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Sains Harus Dikemas dalam Permainan

Indriyani Astuti
21/4/2018 07:15
Sains Harus Dikemas dalam Permainan
(ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

PENYEBAB Indonesia masih kalah bersaing dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) ialah minat pelajar Tanah Air di bidang sains masih kurang. Sains masih dianggap sebagai hal yang sulit dipelajari.

"Tingkat kompetensi kita untuk bidang sains, yakni nomor 62 dari 71 negara. Kita jauh tertinggal dari Vietnam yang sudah masuk ranking 10 besar," kata Menteri Riset, Teknologi, Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir saat membuka Indonesia Science Day (ISD) 2018 di Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, kemarin.

Menurutnya, hasil tersebut diperoleh dari survei Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang mengukur tes di bidang matematika, membaca, dan sains dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Indonesia berada di peringkat ke-62 dalam bidang sains, ke-64 untuk membaca, dan di posisi ke-63 untuk matematika.

Posisi Indonesia berada di belakang Thailand yang berada di peringkat ke-54 (sains), ke-57 (membaca), dan ke-54 (matematika). "Artinya ada sesuatu yang salah dalam pembelajaran," ucap Menristek-Dikti.

Padahal, ujarnya, jika iptek dikemas dalam wahana permainan, ia yakin anak-anak akan tertarik untuk belajar mengenai iptek. Oleh karena itu, ia mendorong semakin banyak science park sebagai wahana peraga dari hasil penelitian dan inovasi.

"Di dalam iptek, belajar natural science dianggap terlalu sulit karena anak-anak tidak bisa membayangkan bentuknya seperti apa. Dengan wahana peraga, sambil bermain mereka mendapat ilmu pengetahuan dan membangun pola pikirnya," terangnya.

Di luar negeri, sambung dia, wahana sains selalu menampilkan inovasi baru kepada para pengunjung. Ia optimistis Indonesia dapat melakukan hal yang sama. Karena itu, ia mendorong ada kerja sama antara PP-Iptek dan lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) perguruan tinggi, lembaga penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan instansi lain serta industri dalam mengembangkan wahana peraga sains.

Pada kesempatan itu, Menristek-Dikti juga meresmikan dua wahana baru di PP-Iptek. Menurutnya, wahana stereo visual dapat membantu anak-anak lebih paham prinsip penglihatan manusia melalui animasi visual. Sementara itu, wahana lain, self balancing wheel, dapat membantu pengunjung melihat cara alat transportasi personal beroda satu menggunakan teknologi elektronik pintar.

Peneliti cilik

Alat peraga sains hasil peneliti cilik pemenang Kalbe Junior Scientist Award 2017 kini juga ditampilkan di wahana sains dan teknologi Junior Scientist PP-Iptek. Penandatanganan serah terima alat peraga antara PT Kalbe Tbk dan PP-Iptek dilakukan Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius kepada Direktur Pusat PP-Iptek Muhammad Syachrial Annas.

"Sejak 2013 setiap tahun Kalbe menyerahkan alat peraga karya sains pemenang Kalbe Junior Scientist Award kepada PP-Iptek sehingga anak-anak Indonesia yang berkunjung ke PP-Iptek dapat mencintai dan belajar ilmu pengetahuan serta mendapatkan inspirasi untuk ikut berinovasi dan membuat karya sains," kata Vidjongtius.

(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya