Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Penguatan SDM Kunci Sukses Cegah Karhutla

Putri Rosmalia Octaviyani
24/11/2017 07:50
Penguatan SDM Kunci Sukses Cegah Karhutla
(MI/Ferdiand)

KOORDINASI antarinstansi dan peran masyarakat menjadi penentu keberhasilan mencegah kebakaran hutan dan lahan dua tahun terakhir.

PENGUATAN sumber daya manusia (SDM) jadi kunci keberhasilan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pada tahun ini jumlah hotspot atau titik panas di seluruh wilayah Indonesia menurun signifikan, khususnya di wilayah rawan karhutla.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles B Panjaitan mengatakan pengendalian karhutla di daerah yang semakin baik terutama berlangsung selama dua tahun terakhir. Hal tersebut terjadi karena terus meningkatnya koordinasi antarinstansi dan peran serta masyarakat di delapan provinsi rawan karhutla.

"Koordinasi terus diperkuat. Untuk memaksimalkan program pencegahan, edukasi juga dilakukan secara langsung pada masyarakat yang berada di kawasan rawan karhutla," kata Raffles di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, manajemen kebakaran berbasis masyarakat menjadi langkah efektif untuk melakukan pencegahan daripada usaha pemadaman kebakaran. Oleh karena itu, kualitas pengendalian kebakaran hutan dan lahan perlu terus ditingkatkan melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dari unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Ia menyebutkan, seiring dengan menurun drastisnya jumlah hotspot tahun ini bila dibandingkan dengan 2016, pihaknya akan terus meningkatkan pemantauan, khususnya di provinsi rawan karhutla dan menjadi prioritas. Upaya pencegahan juga dilakukan melalui Patroli Terpadu Pencegahan Karhutla, sosialisasi dan kampanye, pengaktifan posko-posko siaga karhutla di daerah, dan pemadaman dini.

Sementara itu, memasuki musim hujan di akhir November ini, berdasarkan pemantauan KLHK, jumlah titik panas di seluruh Indonesia menurun drastis. Delapan provinsi yang selama ini merupakan wilayah rawan karhutla ialah Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Cuaca kering
Sejak Januari hingga November 2017, jumlah titik api tertinggi terjadi pada Juli, Agustus, September, dan Oktober, dengan puncaknya terjadi pada September. Hal tersebut terjadi karena kondisi cuaca yang kering sehingga rentan terjadi karhutla, khususnya pada area gambut di provinsi rawan.

"Oleh karena itu, peningkatan intensitas upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla dioptimalkan pada bulan-bulan kering tersebut. Ini dilakukan agar tidak terjadi kebakaran besar dan luas. Apalagi sampai berdampak pada munculnya bencana asap," kata Raffles. Menurutnya, selain delapan daerah rawan tersebut, wilayah-wilayah lain tidak luput dari dari perhatian. Wilayah Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua juga berpotensi mengalami karhutla.

Di sisi lain, berdasarkan pantauan terhadap hotspot oleh satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) maupun Terra Aqua (NASA), kemarin, tidak ada hotspot di seluruh wilayah Indonesia. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya