Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KEBUTUHAN akan obat-obatan di Indonesia meningkat seiring dengan akses pelayanan kesehatan yang semakin meluas dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Hal itu terlihat dari meningkatnya pembelian obat melalui pengadaan katalog elektronik (e-catalogue).
Peluang tersebut harus ditunjang dengan pengembangan industri farmasi dalam negeri. Namun, besarnya ketergantungan impor bahan baku obat menjadi kendala. Sekitar 90% bahan baku masih diimpor.
Karena itu, dibutuhkan kerja sama dengan perusahaan luar negeri yang mendukung kemandirian industri farmasi dalam negeri.
"Kita mendorong ada beberapa perusahaan obat yang membuat dan mengembangkan bahan baku obat dengan perusahaan luar. Joint venture bentuknya," ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek seusai menghadiri inaugurasi pabrik produk steril PT Ethica Industri Farmasi, hasil kerja sama antara perusahaan Frenesius Kabi AG dari Jerman dan Soho Global Health Indonesia di kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, kemarin.
Hadir pula Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Presiden Kabi Board Member & President Region Asia Frenesius Kabi, AG Gerrit Stein, dan Direktur PT Ethica Industri Farmasi Indrawati Taurus.
Menurut Menkes, membuat bahan baku obat tidaklah mudah. Indonesia banyak mengimpor dari India dan Tiongkok.
Padahal, bila obat-obatan dan produk farmasi dibuat di dalam negeri, biaya produksinya akan jauh lebih efisien.
"Kami mendorong industri farmasi mandiri di negara sendiri untuk membuat obat yang bisa dipakai masyarakat. Selain itu, kita punya tugas memanfaatkan tanaman lokal untuk dijadikan obat herbal," tutur Menkes.
Pada kesempatan sama, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menambahkan, untuk mendorong pengembangan bahan baku farmasi dalam negeri, pemerintah menyediakan beberapa insentif fiskal.
Salah satunya ialah pengurangan pajak penghasilan (tax allowance) sesuai dengan PP Nomor 18/2015, sebagaimana diubah dengan PP Nomor 9/2016.
Diharapkan, semakin banyak industri farmasi yang mengembangkan bahan baku farmasi dan menurunkan ketergantungan impor.
"Kunci lainnya yaitu riset bersama perusahaan Indonesia dan luar negeri. Adanya alih teknologi diharapkan mampu mendorong perkembangan industri farmasi kita," tutur Airlangga.
Kebutuhan JKN
Direktur PT Ethica Industri Farmasi Indrawati berharap perusahaannya dapat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan, khususnya obat-obatan injeksi, dalam program JKN.
"Melalui joint venture ini diharapkan, nantinya kami dapat mengembangkan produk injeksi obat yang lebih beragam dengan formulasi terbaru," ucapnya.
Gerrit Steen selaku Presiden Kabi Board Member & President Region Asia Frenesius Kabi AG menyampaikan nilai investasi untuk pabrik baru itu sebesar Rp4 triliun.
"Indonesia menjadi salah satu negara yang tepat untuk berinvestasi. Negara kelima yang mempunyai daya beli besar dan posisi keempat negara terbesar jumlah penduduknya. Indonesia masuk peringkat 72 World Bank untuk kemudahan iklim investasi," pungkasnya.(H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved