Studio Tari Minus Cermin Besar

LAZIMNYA dalam sesi latihan dance, penari butuh melihat dirinya dalam cermin secara bersamaan. Dengan begitu, mereka bisa melihat langsung kesesuaian gerak maupun kekompakan dengan anggota tim. Dari situ pula, segala kelemahan teknik maupun artistik akan cepat diketahui dan diatasi.

Berbeda dengan suasana studio tari yang dikelilingi cermin besar. Wahana tari virtual yang ada di gerai di sebuah toko alat olahraga di Mal Taman Anggrek hanya butuh layar untuk mengganti cermin. Set yang dibangun mirip dengan studio, hanya cermin besar diganti dengan layar LCD.

Peserta hanya butuh menghadap layar lalu gambar mereka akan muncul dalam waktu bersamaan. Mereka pun siap untuk menari dengan pelatih virtual yang ada dalam layar. Mereka tinggal menyesuaikan gerakan dengan gerak pelatih yang seolah-olah berdiri di samping mereka, sembari diiringi lagu tentunya.

"Ya tinggal ikuti gerakannya saja," terang teammates Decathlon Cahyaniar yang juga menjadi pelatih virtual.

Tersedia tiga materi yang bisa dipilih sesuai dengan tingkat kesulitan berbeda. Tingkat kesulitan rendah dengan lagu Meraih Bintang yang dinyanyikan Via Vallen. Tingkat sedang dengan iringan lagu Mi Gente oleh Willy William. Terakhir, tingkat sulit dengan Taki-Taki oleh DJ Snake. Setiap lagu berdurasi sekitar 3,5 menit.

Berbeda dengan bola basket virtual dan sepak bola virtual, tidak ada poin ataupun skor dalam augmented reality dance. Peserta hanya disuguhkan gerakan tari yang harus diikuti. Setelah itu, mereka bisa berfoto bersama rekan penari lain. (Zuq/M-1)