Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
LELAKI multitalenta Gunawan Maryanto, 41, meraih penghargaan Usmar Ismail Awards (UIA) 2017 kategori pemeran utama pria terbaik yang diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta, Sabtu (29/4). Apa yang ia raih berangkat dari film Istirahatlah Kata-Kata (IKK) yang disutradarai Yosep Anggi Noen. Dalam film yang mengisahkan Wiji Tukul dan dirinya berperan sebagai aktivis itu, dia berhasil mengalahkan nomine lain, yakni Reza Rahadian (Rudy Habibie) dan Tyo Pakusadewo (Pantja-Sila Cita-Cita dan Realita).
Dia mengaku tidak menduga akan menang. "Saya tidak menduga akan menang, tetapi memang berharap. Tahun lalu, film IKK banyak diapresiasi, masuk seleksi festival, dan diputar di luar negeri. Di Indonesia baru Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF), Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016, dan film pilihan Tempo. Nah baru kemudian dapat lagi di ajang Usmar Ismail Awards 2017," katanya saat berbincang dengan Media Indonesia.
Gunawan Maryanto yang akrab dengan sebutan Cindhil itu sebelumnya dikenal sebagai penulis puisi sekaligus sutradara dan pemain teater yang sangat dikenal di Yogyakarta, Garasi. Nama teater itu sangat melekat padanya hingga dikenal sebagai Cindhil Garasi. Meski demikian, dia menuturkan tidak canggung untuk berakting dalam film. "Perangkat akting itu kan ada empat, yakni tubuh, vokal, emosi, dan pikiran. Itu yang mesti diolah. Jadi, sebenarnya sama saja di teater atau film, perangkatnya sama. Yang berbeda mediumnya. Ada yang berhasil ada yang tidak karena perpindahan medium ini. Jadi, yang perlu disesuaikan ya mediumnya saja, kesadaran bahwa ini di depan kamera atau ini di depan panggung," jelas pelakon yang memulai debutnya di layar lebar sejak 2010 itu.
Karena alasan itu, dia tidak ingin memprioritaskan salah satu mana yang akan ditekuninya. Dalam beberapa saat mendatang, dia akan berpentas bersama dengan Teater Garasi di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, dalam karya berjudul Menara Ingatan. "Itu pentas musik teater. Selebihnya masih akan bersama dengan Yosep Anggi Noen, bikin film yang masih rahasia, film fiksi yang berlatar di Yogyakarta," katanya mencoba berahasia.
Bawa Wiji Tukul
Yogyakarta juga merupakan tempat yang istimewa baginya. Tempat yang menurutnya memiliki pergaulan lintas disiplin yang luas. "Kami di Yogyakarta kan pergaulannya lintas disiplin, kenal dengan sutradara film dan cabang seni yang lain sejak lama. Berakting dalam film itu sesuatu yang menyenangkan, seperti bermain-main." Bagi Cindhil, kemenangan dalam film IKK yang merupakan film kesembilannya itu merupakan suatu gerakan dan upaya melawan lupa yang kemudian bentuknya macam-macam.
Dalam pidato saat menerima piala, tidak lupa Cindhil tetap menyerukan lawan. "Ya saya ingin mereproduksi bahwa Wiji Tukul di mana pun dia berada akan tetap ada dan berlipat ganda. Keluarga dan teman-teman tentu saja berharap yang positif, kami juga tetap menyalakan harapan, dan tetap mengharapkan kejelasan," tutup dia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved