Perbankan di Persimpangan: Bagaimana Pertumbuhan Kredit Perbankan Menghadapi Transformasi Ekonomi dan Perilaku Konsumen Baru

PERBANKAN sebagai badan usaha yang dapat menghimpun dana Masyarakat dalam bentuk tabungan serta dapat menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada Masyarakat. Kredit perbankan sebagai salah satu layanan keuangan yang ditawarkan oleh perbankan telah menjadi salah satu pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Dengan kredit perbankan, nasabah dapat memperoleh bantuan untuk memenuhi kebutuhan finansialnya seperti perolehan pinjaman uang untuk membeli rumah, mobil, pembiayaan usaha, dan sebagainya.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan meningkat menjadi 11-13% pada tahun 2025. Lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun 2024 yang berada di kisaran 10-12%. Berdasarkan survei perbankan triwulan III 2024 oleh Bank Indonesia, penyaluran kredit baru bertumbuh secara positif dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 80,6%. Pertumbuhan ini didorong oleh kredit konsumsi, terutama kredit pemilikan rumah (KPR).

OJK mengungkapkan bahwa perkembangan kredit perbankan di Indonesia pada triwulan IV 2024 menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan peningkatan sebesar 10,92% secara tahunan. Hal ini di indikasikan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari segmen korporasi yang memiliki kemampuan bayar kuat. Meskipun pada 2025 kredit perbankan diproyeksikan akan meningkat, adanya transformasi ekonomi digital, risiko kredit macet, dan perubahan perilaku konsumen meminta perbankan untuk berinovasi.

Baca juga : BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit

Perbankan Indonesia menghadapi beberapa tantangan, seperti adanya perubahan perilaku konsumen dimana telah meningkatkan penggunaan teknologi digital yang mengubah cara konsumen berinteraksi dengan perbankan. Kedua adalah adanya pertumbuhan ekonomi digital, ekonomi digital yang berkembang pesat telah menuntut perbankan untuk menyediakan layanan keuangan digital yang inovatif. Tantangan selanjutnya adalah regulasi dan risiko dimana tidak kita pungkiri bahwa adanya perubahan regulasi dan peningkatan risiko keuangan menuntut perbankan untuk meningkatkan pengawasan dan manajemen risiko. Dan yang tidak boleh kita lewatkan adalah adanya persaingan dengan fintech, kemunculan fintech dan Perusahaan keuangan digital memperketat persaingan.

Disamping beberapa tantangan yang dihadapi untuk dapat menciptakan produk kredit yang sesuai, perlu kita ketahui lebih dalam mengenai bagaimana perubahan perilaku konsumen di Indonesia pada tahun 2024 2025 yang menunjukkan beberapa perubahan signifikan. Konsumen saat ini terutama konsumen muda lebih menyukai dan nyaman berbelanja secara online serta lebih memilih menggunakan teknologi digital. Perilaku konsumen saat ini juga mulai mempertimbangkan dampak lingkungan dari produk yang mereka beli. Konsumen mencari pengalaman berbelanja yang unik dan menyenangkan. Selain itu, konsumen ingin merasa terhubung dengan merek dan produk yang mereka sukai.

Perilaku konsumen baru memiliki kaitan erat dengan perkembangan kredit perbankan diantaranya adalah adanya peningkatan konsumsi, konsumen yang lebih berorientasi pada kualitas dan kenyamanan cenderung memilih kredit untuk membeli barang dan jasa premium. Adanya kemudahan akses pada penggunaan teknologi membuat konsumen lebih mudah mengakses dan mengajukan kredit secara online. Kaitan antara perilaku konsumen baru dengan perkembangan kredit lainnya adalah dari segi pengalaman belanja dimana konsumen yang mencari kesenangan dengan pengalaman belanja yang personal dan efisien cenderung memilih kredit dengan proses pengajuan yang mudah dan cepat. Hal lain yang menunjukkan keterkaitan antara keduanya adalah adanya kesadaran keuangan, konsumen yang lebih sadar akan keuangan cenderung memilih kredit dengan suku bunga yang kompetitif serta syarat yang fleksibel.

Baca juga : BI Targetkan Pertumbuhan Kredit 2025 Capai 13%

Setelah mengetahui mengenai keterkaitan antara perilaku konsumen baru dengan perkembangan kredit perbankan maka perlu diketahui juga mengenai dampaknya. Dampak yang ditimbulkan adalah adanya peningkatan konsumsi Masyarakat sehingga meningkatkan permintaan kredit konsumsi, adanya pertumbuhan pada kredit pemilikan rumah, konsumen yang ingin mengembangkan usaha meningkatkan permintaan kredit modal kerja, serta adanya peningkatan kualitas kredit sebab perbankan fokus pada kualitas kredit untuk mengurangi risiko kredit macet.

Sedangkan dalam kaitannya transformasi ekonomi saat ini terhadap sektor kredit perbankan di Indonesia memebawa beberapa pengaruh, baik secara positif maupun negatif. Dalam sudut pandangan dampak positif bahwa meningkatnya penggunaan teknologi digital memicu pertumbuhan ekonomi digital sehingga membuka peluang baru bagi kredit perbankan. Dampak kedua adalah adanya peningkatan aksesibilitas, bahwa layanan perbankan digital meningkatkan aksesibilitas kredit bagi Masyarakat. Adanya efisiensi operasional dimana digitalisasi mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi proses kredit. Lalu dampak lain adalah perbankan telah mengembangkan produk kredit inovatif, seperti kredit online dan kredit mikro.

Jika meninjau dari sudut pandang dampak negatif yang timbul adalah meningkatnya kredit online meningkatkan risiko kredit macet, adanya ketergantungan pada teknologi yang meningkatkan risiko keamanan data dan sistem, perbankan harus bersaing dengan fintech yang menawarkan kredit dengan syarat lebih mudah dan bunga lebih rendah, serta perubahan perilaku konsumen mempengaruhi preferensi dan kebutuhan kredit.

Dalam hal bagaimana perkembangan kredit perbankan menghadapi transformasi ekonomi dan perilaku konsumen baru seperti yang telah disinggung sebelumnya, maka perbankan harus mengembangkan layanan digital dimana maksudnya adalah peningkatan penggunaan teknologi digital untuk memperluas akses dan meningkatkan efisiensi; meningkatkan literasi keuangan dimana adanya edukasi konsumen tentang manajemen keuangan dan risiko kredit; adanya adopsi teknologi seperti Blockchain, Artificial Intelligence, dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan; membangun kemitraan misalnya adanya kolaborasi dengan fintech dan Perusahaan startup untuk pengembangan inovasi; serta adanya pengoptimalan manajemen risiko dengan meningkatkan pengawasan untuk menghadapi perubahan ekonomi. Perbankan Indonesia harus terus berinovasi, beradaptasi, dan memanfaatkan peluang untuk mempertahankan pertumbuhan dan meningkatkan kepercayaan konsumen. (Z-12)