Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
PRESIDEN Joko Widodo dan delegasinya kemarin pulang dari 'Down Under' dengan membawa oleh-oleh bagi para produsen pestisida dan herbisida Tanah Air. Indonesia dan Australia menyepakati peningkatan akses masuk kedua produk tersebut ke Australia dengan penerapan tarif bea masuk (BM) 0%.
Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) Suhat Miyarso mengatakan pelonggaran bea masuk tersebut bisa mendongkrak omzet penjualan pestisida dan herbisida. Dalam setahun ini, dua produk kimia tersebut meraup omzet Rp2 triliun dari ekspor ke Australia yang dikenai bea masuk 5%.
"Kita sambut baik wacana itu karena sekarang bea masuk ke sana 5%. Kita harapkan dengan relaksasi ini, omzet bisa naik 5% sesuai besaran pelonggarannyalah. Sampai 10% lebih baik lagi," ucap Suhat saat dihubungi, kemarin.
Menurutnya, dengan relaksasi impor tersebut, produk pestisida dan herbisida dari Indonesia bisa lebih berdaya saing. Pasalnya 'Negeri Kanguru' tersebut mengimpor pestisida dan herbisida dari berbagai macam negara karena kebutuhannya yang besar.
Selain itu, industri pestisida dan herbisida di Indonesia juga diuntungkan lantaran pabriknya berada di dalam negeri. Dengan begitu, selain ekspor kedua produk itu naik, industrinya turut berkembang.
"Australia sangat butuh, apalagi herbisida untuk menyemprot rumput mereka. Kalau cuaca ekstrem, kan, mereka butuh itu supaya ladang rumput mereka tidak terbakar," tukasnya.
Senada, Ketua Aliansi Stewardship Herbisida Terbatas (Alishter) Mulyadi Benteng menilai pelonggaran bea masuk pestisida dan herbisida ke Australia akan memperluas pemain ekspor ke 'Negeri Kanguru' itu. Saat ini, baru dua perusahaan multinasional yang bisa mengekspor pesti-sida dan herbisida ke sana.
Padahal, kata dia, terdapat sekitar 400 perusahaan pestisida dan herbisida yang ada di Indonesia. Lima puluh di antaranya memiliki pabrik sendiri.
"Kalau jadi 0%, pasti pemain ekspor ke Australia akan bertambah karena mereka butuh banyak herbisida untuk rumput mereka dan dijadikan pupuk juga," imbuh Mulyadi.
Sebelumnya, dalam lawatan bersama Presiden ke Australia, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan relaksasi bea masuk itu akan meningkatkan ekspor pestisida dan herbisida dari Indonesia ke Australia. Dia menyebut potensi pasar pestisida dan herbisida Australia cukup besar, yakni bisa mencapai US$1,3 miliar-US$1,5 miliar. Namun, Indonesia baru mampu memanfaatkan US$50 juta dari potensi yang ada karena berbagai hambatan tarif.
"Sebagai kompensasinya kita menyamakan tarif bea masuk gula dari Australia ke Indonesia sama dengan tarif ASEAN," kata Enggar.
Menurut dia, dengan penurunan tarif BM gula itu, Indonesia memiliki sumber impor yang lebih banyak, tidak hanya dari Thailand, tapi juga dari Australia.
Sapi bakalan
Kedua negara juga menyepakati relaksasi untuk ketentuan berat sapi bakalan impor dari Australia yang sebelumnya maksimal 350 kilogram (kg) menjadi 450 kg.
"Dengan kondisi itu, harga sapi bakalan turun A$1," ucap Enggar. Dengan relaksasi tersebut, ia optimistis harga daging sapi segar yang selama ini stabil tiga dikit bisa turun.
Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Joni Liano mengatakan, jika sapi bakalan yang masuk ke Tanah Air sudah berbobot 450 kg, seyogianya tidak perlu lagi melalui proses penggemukan yang memakan waktu hingga empat bulan. Proses tersebut dianggap sangat tidak efektif karena berat maksimal sapi bakalan rata-rata 500 kg.
"Sebaiknya dari awal juga diubah sekalian peraturan yang mengharuskan proses penggemukan selama empat bulan. Jadi, dua bulan saja misalnya," sarannya. (Pra/Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved