Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PT Krakatau Steel terus berupaya meningkatkan kinerja dan efisiensi dengan cara menambah kapasitas produksi.
Salah satu yang terbaru ialah pengoperasian pabrik blast furnace, fasilitas yang akan mengangkat produksi di sektor hulu. Blast furnace akan menghasilkan hot metal yang merupakan baham baku pembuat baja dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun.
Perseroan juga akan mendapatkan tambahan produksi setelah menyelesaikan pembangunan pabrik Nippon Steel Sumikin yang ditujukan untuk memproduksi cold rolled coil atau baja lapis galvanis dan galvanil yang biasa digunakan di dunia otomotif. Pabrik itu memiliki kapasitas 500 ribu ton per tahun.
Selain itu, Krakatau Steel telah merampungkan zero reformer yang merupakan adopsi teknologi terbaru guna meningkatkan kapasitas produksi dan menurunkan konsumsi gas.
Perseroan juga melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di hot strip mill (HMS). “Kami meningkatkan produktivitas pabrik serta penghematan konsumsi energi dan bahan consumables seperti konsumsi gas, listrik, dan work roll dengan total penghematan mencapai Rp593 miliar hingga November 2018,” ujar Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim di Jakarta, pekan lalu.
Untuk terus mengangkat produktivitas dan penghematan, Krakatau Steel kini akan menambah fasilitas HMS. HMS kedua itu kini tengah dalam proses pembangunan dan telah mencapai progres 90,23%.
“HMS akan memasok baja HRC yang merupakan komponen untuk segmen otomotif, pipa baja, rerolling dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun,” tandasnya.
Saat ini, secara keseluruhan, kapasitas produksi Krakatau Steel baru mencapai 5 juta ton per tahun. Krakatau Steel terus berusaha meningkatkan kinerja perseroan mengingat saat ini pasokan baja dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Apalagi tren konsumsi baja di Tanah Air cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir.
Berdasarkan data l, penggunaan baja untuk keperluan dalam negeri pada 2009 tercatat hanya 7,4 juta ton. Angka itu terus tumbuh setiap tahunnya hingga pada 2018 mencapai 14,2 juta ton. Artinya, selama sembilan tahun tersebut, konsumsi baja nasional tumbuh 7,9%. (Pra/E-1))
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved