Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Krakatau Steel Kejar Efisiensi dan Pengingkatan Produksi

(Pra/E-1))
07/1/2019 02:15
Krakatau Steel Kejar Efisiensi dan Pengingkatan Produksi
(ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

PT Krakatau Steel terus berupaya meningkatkan kinerja dan efisiensi dengan cara menambah kapasitas produksi.

Salah satu yang terbaru ialah pengoperasian pabrik blast furnace, fasilitas yang akan meng­angkat produksi di sektor hulu. Blast furnace akan menghasilkan hot metal yang merupakan baham baku pembuat baja dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun.

Perseroan juga akan mendapatkan tambahan produksi setelah menyelesaikan pembangunan pabrik Nippon Steel Sumikin yang ditujukan untuk memproduksi cold rolled coil atau baja lapis galvanis dan galvanil yang biasa digunakan di dunia otomotif. Pabrik itu memiliki kapasitas 500 ribu ton per tahun.

Selain itu, Krakatau Steel telah merampungkan zero reformer yang merupakan adopsi tek­nologi terbaru guna meningkatkan kapasitas produksi dan menurunkan konsumsi gas.

Perseroan juga melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di hot strip mill (HMS). “Kami meningkatkan produktivitas pabrik serta penghematan konsumsi energi dan bahan consumables seperti konsumsi gas, listrik, dan work roll dengan total penghematan mencapai Rp593 miliar hingga November 2018,” ujar Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim di Jakarta, pekan lalu.

Untuk terus mengangkat produktivitas dan penghematan, Krakatau Steel kini akan menambah fasilitas HMS. HMS kedua itu kini tengah dalam proses pembangunan dan telah mencapai progres 90,23%.

“HMS akan memasok baja HRC yang merupa­kan komponen untuk segmen otomotif, pipa baja, rerolling dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun,” tandasnya.

Saat ini, secara keseluruhan, kapasitas produksi Krakatau Steel baru mencapai 5 juta ton per tahun. Krakatau Steel terus berusaha meningkatkan kinerja perseroan mengingat saat ini pasokan baja dalam negeri belum bisa memenuhi kebu­tuhan yang ada. Apalagi tren konsumsi baja di Tanah Air cenderung meningkat dalam 10 ta­hun terakhir.

Berdasarkan data l, penggunaan baja untuk keperluan dalam negeri pada 2009 tercatat ha­nya 7,4 juta ton. Angka itu terus tumbuh setiap tahunnya hingga pada 2018 mencapai 14,2 juta ton. Artinya, selama sembilan tahun tersebut, konsumsi baja nasional tumbuh 7,9%. (Pra/E-1))



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya