Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Melawan Godaan Mengimpor Beras

08/1/2018 07:56
Melawan Godaan Mengimpor Beras
(ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA)

MENTERI Pertanian Amran Sulaiman mengakui, melindungi swasembada pangan di Tanah Air tidaklah mudah.

Berbagai kepentingan dan cara dilakukan untuk mengganggu upaya pemerintah dalam berswasembada pangan.

Dia menyebutkan, dalam upaya pemerintah untuk menutup keran impor beras demi melindungi petani, sekelompok orang berkepentingan mencoba menggoyahkan upaya tersebut.

"Presiden minta petani dibela. Kalau petani merugi, berhenti tanam, kita akan impor lagi. Memang kita senang impor lagi? Memang (benar) ada yang terganggu karena tidak impor," ucap Amran saat melakukan kunjungan kerja di Karawang, Jawa Barat, pekan lalu.

Penyataan Menteri Amran seolah menegaskan selalu ada upaya untuk membuat Indonesia mengimpor beras lagi meski dari sisi produksi telah dapat mencukupi kebutuhan rakyat.

Pemerintah memang telah sukses untuk mengerem laju impor beras sepanjang dua tahun terakhir.

Bilapun terjadi impor, itu terjadi karena sisa kuota yang belum terpakai atau memenuhi kebutuhan beras khusus.

Namun, langkah pemerintah untuk menahan laju impor beras dari sisi perbaikan suplai semata kiranya tidak cukup lagi untuk menjadi benteng yang kuat.

Tekanan untuk melakukan impor bisa saja datang dari tingginya harga beras Indonesia ketimbang di luar negeri.

Ahli pertanian Bustanul Arifin pernah mengatakan masalah tingginya disparitas harga beras Indonesia dan dunia disebabkan biaya produksinya yang sangat tinggi.

Bisa mencapai 2,5 kali lipat jika dibandingkan dengan Vietnam.

Hal itu bisa terjadi karena berbagai faktor. Di antaranya pemakaian pupuk yang berlebihan hingga rendahnya produksi padi per hektare.

Padahal, pemerintah sudah cukup besar mengeluarkan subsidi bagi pupuk dan benih.

Oleh karena itu, perlu ada upaya besar untuk mendorong produktivitas petani Indonesia guna membuat harga beras di Indonesia lebih terjangkau.
Hari-hari ini kita melihat bahwa harga beras kembali merangsek naik di tengah stok yang berlimpah.

Memang benar, bahwa stok di Bulog mencapai 1 juta ton.

Namun, nyatanya harga di tingkat konsumen tetap tinggi.

Tingginya harga di masyarakat itulah yang sebenarnya menjadi celah terjadinya impor beras lagi.

Pertarungan bukan lagi pada keberadaan beras di pasar, melainkan pada keterjangkauan harga oleh masyarakat.

Harga pangan tinggi akan membuat inflasi cenderung meningkat.

Inflasi tinggi bukanlah sebuah hal yang disukai karena membawa lebih banyak mudarat ketimbang manfaat.

Inflasi yang bergerak tinggi membuat pendapatan riil masyarakat tergerus.

Selain itu, inflasi yang tak terkendali akan membuat kepercayaan investor tergerus.

Oleh karena itu, perang terhadap godaan impor beras tidak lagi hanya dihadapkan pada perang ketersediaan di lapangan, tapi juga pada keterjangkauan harga.

Kita memiliki satgas pangan yang dibekali kekuatan besar yang siap bertempur melawan mafia pangan yang menguasai Republik ini.

Satgas pangan telah sukses menjaga harga pangan stabil di masa Hari Raya Lebaran di tengah tahun dan Natal di akhir tahun.

Harapannya kesuksesan itu dapat terulang di setiap momen terjadi gejolak harga.

Jadi, godaan untuk mengimpor beras karena harganya yang menggiurkan dapat tereliminasi. (Raja Suhud/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya