Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
INDONESIA tidak hanya perlu menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%, tetapi juga memastikan adanya stabilitas politik dan keamanan untuk menjadi negara dominan (major power). Pasalnya, pertarungan untuk mencapai posisi negara dominan saat ini tidak lagi mengedepankan kekuatan militer.
“Bukan lagi pertarungan militer. Pertarungan kita sekarang kalau ingin survive, harus menjadi negara dominan. Pertanyaannya, apakah kita ada potensi (ke sana)? Tentu saja (ada),” ungkap Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Tito Karnavian dalam sharing session yang di-selenggarakan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Jakarta, kemarin (Senin, 20/11).
Optimisme tersebut, sambung Tito, mengacu pada kekuatan Indonesia yang termasuk Kelompok 20 Ekonomi Utama (G-20). Pada 2035 ekonomi Indonesia bahkan diramalkan bakal berada pada urutan lima besar dunia setelah Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan India.
Tito berpendapat upaya pemerintah mencapai target itu sudah berada pada jalur yang benar. Apalagi Indonesia memiliki populasi penduduk besar sebagai modal tenaga kerja, potensi sumber daya alam, juga wilayah yang luas untuk mengakomodasi industri.
“Dengan prestasi yang sudah dicapai sejauh ini, Indonesia sudah on the right track. Apalagi belum lama ini ada pujian dari Presiden AS Donald Trump yang menyebutkan ekonomi Indonesia sudah bangkit. Ini artinya, kita harus optimistis Indonesia memiliki prospek yang luar biasa sebagai negara dominan,” imbuhnya.
Terlebih di tengah gejolak ekonomi global, menurut dia, kawasan ASEAN disebut sebagai wilayah yang prospektif untuk berinvestasi.
Meski ada dinamika internal di kalangan negara ASEAN seperti terorisme di Indonesia dan Malaysia, juga kasus etnik Rohingya di Myanmar, sejauh ini belum ada ledakan konflik kawasan. Hal itu menjadikan ASEAN sebagai lahan berinvestasi yang aman.
“Adanya (organisasi geopolitik dan ekonomi) ASEAN membuat wilayah ini aman untuk tempat berinvestasi. ASEAN merupakan lahan promising (yang menjanjikan) bagi investor,” pungkas Tito.
Sekitar 5,1%
Pada kesempatan sama, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis UGM, A Tony Prasetiantono, menyampaikan berdasarkan rekam jejak pertumbuhan ekonomi dari kuartal I sampai III 2017 yang hanya berkisar 5,01%-5,06%, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun ini diperkirakan hanya 5,1%.
“Menurut saya, target pertumbuhan ekonomi 5,2% bakal meleset. Dengan pertumbuhan ekonomi dari kuartal I sampai III yang ada di bawah 5,1%, setidaknya kuartal IV harus bisa mencapai 5,4% agar overall (secara keseluruhan) pertumbuhan 5,2%. Nah itu kan agak susah,” ujar Tony.
Kendati demikian, Tony optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 mendatang relatif lebih baik pada kisaran 5,3%. Pemicunya tidak lain ialah harga komoditas yang membaik dan harga minyak dunia yang sudah berada di atas US$53 per barel.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan suku bunga acuan sebesar 4,25% saat ini sudah cukup rendah.
“Bank Indonesia sudah menurunkan bunga delapan kali sejak Januari 2016 di tengah Federal Reserve (bank sentral AS) menaikkan bunga sudah tiga kali. Suku bunga itu kami percaya sudah cukup untuk mendorong investasi,” pungkas Mirza. (Ant/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved