Suporter Duel Britania Raya bakal Meluber

DUEL bertajuk 'Peperangan Britania Raya' antara Inggris dan Wales akan berlangsung pada Kamis (16/6). Jumlah suporter kedua negara pun diperkirakan membeludak di Lens, Prancis.

Legenda tim nasional Wales, Ian Rush, mengkhawatirkan Stade Bollaert-Delelis yang akan menjadi arena 'bentrokan' kedua negara. Pasalnya, stadion tersebut hanya memiliki kapasitas untuk 35 ribu suporter.

Padahal, keseruan duel tersebut akan mengundang puluhan ribu suporter dari kedua negara ke arena stadion. Otoritas setempat memprediksi bakal ada 40 ribu hingga 50 ribu suporter yang akan memadati arena pertandingan, belum termasuk aparat yang bertugas mengamankan laga.

"Ini akan menjadi pertandingan yang luar biasa, rasa-nya sangat disayangkan stadion yang akan digunakan hanya mampu menampung sekitar 30 ribu orang. Padahal, akan ada banyak suporter yang hadir di sana," ujar le-genda klub Liverpool itu.

Seluruh tiket yang dijual secara resmi pun sudah habis terjual sehingga dikhawatirkan ada tiket-tiket palsu yang membuat stadion luber. Masyarakat Wales pun, imbuh Rush, sudah tak sabar menyaksikan tim mereka yang tak pernah sekali pun lolos kualifikasi Piala Eropa sepanjang 1964-2012 menaklukkan the Three Lions--julukan Inggris.

Rush merupakan skuat inti Wales yang mampu menekuk Inggris pada 1984 silam dengan skor 1-0. Namun, Wayne Rooney dkk bakal menjadi favorit di laga kedua Grip B itu karena mengklaim 68 kemenangan dalam total 103 pertemuan kedua negara.

Meski demikian, data statistik itu justru menjadi bumbu yang memanaskan persaingan jelang duel Britania Raya. Siapa pun pemain Wales yang mampu menjebol jala Joe Hart, apalagi menjadi gol kemenangan, pasti bakal menjadi pahlawan baru di negara tesebut.

"Siapa pun yang mencetak gol kemenangan atas Inggris akan menjadi pahlawan di Wales untuk seumur hidupnya," tandas Rush.

Di sisi lain, otoritas Prancis mulai menyiagakan tim keamanan mereka untuk menghadapi pertandingan Inggris kontra Wales itu. Tak kurang dari 2.400 personel keamanan bakal menjaga laga yang dilabeli pemerintah Prancis sebagai 'berisiko tinggi'.