Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Puasa Penuh Godaan di India

Rangga Yudha Nagara
24/6/2016 07:55
Puasa Penuh Godaan di India
(AFP/DIBYANGSHU SARKAR)

KISAH tentang puasa di berbagai negara dengan berbagai tantangan memang menarik.

Bila berpuasa di Eropa, misalnya, kendala terberat ialah durasi puasa yang panjang. Namun, suhu udara di sana cukup bersahabat.

Bila berpuasa di negara-negara Arab, tantangannya lebih pada suhu udara yang panas. Namun, suasana syahdu Ramadan kental terasa.

Nah, di India, seluruh 'godaan' puasa tersebut ada.

Di India, Ramadan tahun ini bersamaan dengan puncak musim panas.

Suhu udara bisa mencapai 49 derajat celsius. Amat sulit bagi seseorang untuk berkegiatan, khususnya di luar ruangan, tanpa minum yang cukup.

Durasi puasa juga lebih panjang karena matahari terbit lebih cepat dan terbenam lebih larut.

Lama puasa sekitar 15-16 jam per hari.

Ujian itu terasa semakin berat dengan seringnya mati listrik.

Hal itu sudah menjadi hal biasa di musim panas.

Meski memiliki tenaga nuklir, India tetap belum mampu memenuhi kebutuhan listrik warga.

Sering kali hari-hari panas membara dijalani warga tanpa pendingin ruangan atau sekadar kipas angin.

Belum lagi, godaan minuman-minuman segar, seperti sharbat (sejenis sirup), nimbu (limun es), lassi (yoghurt cair), air tebu, dan kulfi (es krim khas India yang dibuat dari susu dengan rempah-rempah harum dan berbagai jenis kacang) yang bertebaran di jalan-jalan.

Meskipun jumlah umat Islam di India lebih dari 170 juta jiwa (terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan), mayoritas penduduk India beragama Hindu sehingga suasana Ramadan tidak terlalu terasa.

Tidak ada penyesuaian jam kerja. Tidak ada warung-warung makan yang tutup atau buka malu-malu dengan memasang tirai.

Tidak ada suara pengingat waktu imsak. Suara azan pun hanya terdengar sayup-sayup dari wilayah permukiman yang mayoritas warganya beragama Islam.

Kombinasi godaan-godaan itu selalu saya dapati ketika tengah berjalan menuju rumah selepas kerja.

Dengan peluh bercucuran, pukul 18.30, sinar matahari masih terik, dan suhu 44 derajat celsius, di jalan penuh debu dengan bajaj dan motor berseliweran, tiba-tiba penjaja es krim kulfi menawarkan dagangannya kepada saya dengan harga 10 rupees (sekitar Rp2.000).

Ah, sungguh berat.


Penuh kebersamaan

Meski godaan puasa di India terasa berat, bagi saya puasa di 'Negeri Bollywood' menjadi yang ternikmat.

Setelah seharian saya berpuasa di suasana yang sangat challenging, kebersamaan kaum muslim di India saat berbuka sangat terasa.

Umumnya itu terjadi di taman-taman dekat fasilitas umum, seperti pasar, mal, dan rumah sakit.

Di sana digelar buka bersama yang difasilitasi para dermawan setempat.

Orang-orang akan duduk berjejer menunggu azan magrib. Menu makanan takjil yang disajikan sederhana saja, seperti beberapa irisan apel, pisang, dan ubi yang diberi masala (bumbu favorit orang India), ditambah dua buah pakora (gorengan) dan segelas air putih.

Selepas berbuka, orang-orang salat magrib di taman yang sama atau di pojok-pojok gedung perbelanjaan dan perkantoran.

Salat tarawih di kota saya tinggal di New Delhi biasanya dilaksanakan sekitar pukul 21.00 hingga 22.30 dengan 20 rakaat.

Rumah saya berada di daerah bernama Bhogal.

Cukup banyak penduduk muslim di daerah itu sehingga Bhogal memiliki masjid yang cukup besar bernama Masjid Jami.

Di masjid itu alunan ayat-ayat Alquran dari awal sampai khatam terdengar sepanjang Ramadan.

Pada 10 hari menjelang Idul Fitri semakin banyak orang melakukan iktikaf.

Namun, jemaah tarawih semakin berkurang.

Secara keseluruhan, dengan segala kesederhanaan dan godaan yang ada, puasa di India menjadi hal mewah yang memperkaya khazanah iman Islam. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah