Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
BERSINARNYA lampu berbentuk bulan dan bintang yang menyatu menandakan tibanya bulan Ramadan.
Saat memasuki bulan Ramadan, warga Yordania menghiasi rumah dan berbagai pertokoan menggunakan lampu-lampu dengan warna dan bentuk yang beragam.
Namun, lampu berbentuk bulan dan bintang menjadi ciri khas dari Ramadan itu sendiri.
Selama Ramadan, warga setempat kerap menghiasi rumah masing-masing dengan pernak-pernik cahaya yang semakin menghidupi jalan raya ketika malam hari.
Cahaya lampu berwarna merah, hijau, kuning, dan biru terlihat di sepanjang jalan.
Ada yang menaruhnya di sekeliling jendela, pintu, ataupun di pagar rumah.
Ihab Salahuddin Aridin, warga Yordania, menuturkan hal tersebut.
Namun, ada yang berbeda dengan suasana Ramadan di Yordan dan Indonesia.
Di Yordan, warga lebih memilih untuk keluar rumah dan melakukan aktivitas di malam hari sehingga kondisi lalu lintas pada siang hari terpantau sepi.
Meski sepi, pertokoan tetap buka dan beroperasi.
"Apalagi cuaca siang panas. Kalau cuaca malam, sejuk, jadi semua mulai pada keluar untuk nongkrong," tuturnya melalui pesan singkat, kemarin.
Ia melanjutkan, meski suhu antara Yordan dan Indonesia tidak jauh berbeda yakni di kisaran 23-32 derajat celsius, udara di Yordan lembap.
Karena itu, penduduk setempat lebih memilih keluar rumah di malam hari.
Umumnya warga Yordan mulai berpuasa dari pukul 03.50 hingga 19.50.
Mansaf daging kambing atau sapi menjadi makanan khas di setiap rumah.
Mansaf merupakan sebuah masakan yang dimasak warga setempat dengan menggunakan yogurt dicampur daging kambing atau sapi.
Warga Yordan biasanya berbuka dengan air putih dan kurma.
Kemudian dilanjutkan dengan salat magrib dan makan berat.
Asam jawa, jeruk nipis, dan liquorice, lanjutnya, merupakan minuman paling khas saat Ramadan.
Memiliki seorang ayah yang berasal dari Indonesia membuat dirinya kerap juga berkumpul dengan masyarakat Indonesia yang berada di Yordan, baik yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) maupun lainnya.
Ia menuturkan, saat Lebaran tiba, tradisi yang dilakukan masyarakat Yordan tidak jauh berbeda seperti masyarakat Indonesia.
Setelah salat id, mereka berkeliling dari satu rumah ke rumah lain untuk bersilaturahim.
Namun, kunjungan pertama biasanya ke kediaman orangtua.
Meski telah berpuluh tahun tinggal di Amman, Yordan, Ihab--panggilan akrabnya--kerap melakukan salat id di Wisma Duta Indonesia, kediaman dubes, bersama dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Seusai salat, biasanya langsung dilanjutkan dengan sarapan bersama dan berkumpul dengan masyarakat Indonesia lainnya.
"Setelah selesai, dilanjutkan dengan sarapan di Wisma Duta. Berbincang-bincang dengan orang-orang Indonesia. Yang hadir semuanya WNI," pungkasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved