Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Sahabat Sejati hanyalah Amal Saleh

Melati Yuniasari Fauziah
16/6/2016 09:00
Sahabat Sejati hanyalah Amal Saleh
()

KETIKA manusia meninggal, seluruh keluarga, kerabat, dan teman akan ditinggalkan. Pun demikian dengan harta benda. Hanya amal saleh yang menjadi penolong di alam kubur dan akhirat. Karena itu, selagi masih hidup, manusia harus beramal saleh sebanyak mungkin.

“Seperti dikatakan Nabi Muhammad SAW, dari tiga hal, yakni keluarga, harta benda, dan amal ibadah, hanya satu yang akan menemani kita hingga akhirat, yakni amal ibadah,” ujar KH Nasrudin dalam kegiatan buka puasa bersama di kediaman Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Jakarta, Senin (13/6).

Dalam kehidupan yang sangat singkat ini, lanjutnya, manusia harus dapat melakukan ibadah terbaik di mata Allah SWT. Kegagalan dalam beribadah merupakan kerugian yang akan dirasakan manusia itu sendiri.

“Rasulullah pernah bertanya, berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat apa-apa kecuali perasaan lapar dan haus? Berapa banyak orang yang membaca Alquran tapi tidak mendapat pahala, bahkan Alquran itu sendiri akan melaknat orang tersebut? Mengapa demikian?”

Hal itu, terang Nasrudin, karena ibadah yang dilakukan manusia tidak sesuai dengan persyaratan dan kriteria yang ditetapkan Allah SWT.

“Ibadah sukses di mata ­Allah ialah jika input-nya benar dengan landasan keimanan kepada Allah, prosesnya sesuai dengan syariat Islam. Kemudian output-nya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh-Nya dan Rasullulah, harus berdampak pada kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.

Terkait dengan input, Nasrudin menjelaskan landasan utama ibadah haruslah akidah dan keimanan. “Jika ibadah dilakukan karena keimanan, insya Allah ibadah yang dijalankan akan mendapat nilai di mata-Nya.”

Mengenai prosesnya, sambung Nasrudin, pelaksanaan ibadah haruslah mengikuti syariat atau aturan-aturan yang ditetapkan Allah. Dalam menjalankan ibadah puasa, misalnya, dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Terjebak ritual
Terkait dengan output atau hasil, Nasrudin menerangkan Allah sudah menetapkan tujuan dari setiap ibadah. Ia kembali mencontohkan ibadah puasa. Dalam surat Albaqarah ayat 183 disebutkan bahwa tujuan akhir dari ibadah puasa ialah agar manusia menjadi hamba Allah yang bertakwa.

“Jadi, Allah sudah menetapkan hasil-hasil yang hendak dicapai dalam setiap ibadah. Apabila input-nya salah, prosesnya tidak akan benar, output yang dituju pun tidak akan tercapai.”

Output dari ibadah akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Bila ibadah puasa sukses dijalankan, ketakwaan akan tecermin dari perilaku seseorang.

“Contoh lain, ibadah salat. Output yang kita mau capai ialah tanha ‘annil fahsyai walmunkar. Orang yang salat itu seharusnya menjauh dari perbuatan keji dan munkar. Itu target-target yang mau dicapai, Allah sudah tetapkan setiap ibadah ada hasil yang mau dicapai.”

Apabila ciri-ciri dari orang bertakwa tidak terlihat dalam perilaku seseorang seusai bulan Ramadan, ibadah puasa yang dijalankan selama satu bulan penuh tersebut patut dipertanyakan.

“Kelemahan kita umat Islam ialah saat ibadah hanya terjebak pada rutinitas dan ritual semata. Akibatnya, ibadah-ibadah yang dilaksanakan tidak berdampak pada kehidupan sehari-hari,” kata Nasrudin.

Padahal, lanjutnya, jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat yang abadi, kehidupan di dunia amatlah singkat. Semestinya, manusia memanfaatkannya untuk beribadah dengan sebaik-baiknya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah