Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Musik dan Puasa

Ronal Surapradja
12/6/2016 07:18
Musik dan Puasa
(Ronal Surapradja -- MI/Permana)

HIDUP saya selalu penuh dengan musik. Dimulai pukul 06.00 hingga pukul 10.00 karena tugas saya sebagai penyiar radio Jak FM. Setelah itu lanjut kerja di tempat lain. Jika bawa mobil sendiri, saya memutar CD dalam mobil. Jika naik taksi atau ojek, saya biasa mendengarkannya secara streaming menggunakan earphone.

Di luar sebagai penikmat, saya pun memproduksi musik. Sejak 8 tahun lalu saya dan teman-teman membuat musik, baik untuk iklan TV maupun radio. Kami juga membuat music scoring buat film Indonesia, yakni Tiga Srikandi, My Stupid Boss, dan film musikal Kisah Tiga Dara. Alhamdulillah, kami pun pernah masuk nominasi peraih Piala Citra di film Sang Kiai dan A Copy of My Mind untuk kategori penata musik terbaik. Hanya saja, kami belum pernah sampai naik panggung dan menerima piala, hehe.

Saya juga mendirikan perusahaan label rekaman dengan memproduksi album seperti band Sore. Saya pribadi? Eittss… jangan salah, saya sudah pernah bikin dua album lho Ronaldisko dan Rocknal, dua album bermutu yang diedarkan terbatas. Haha... ‘diedarkan terbatas’ adalah penghalusan kata dari tidak laku. Tidak apa-apa, yang penting saya sudah berkarya. Sedih juga, sih, haha.

Tentang musik (mendengarkan atau memainkan), banyak pro-kontranya, apakah itu boleh, makruh, ataupun haram dengan bermacam alasan dan dalil. Meskipun ada beberapa penjelasan, ada yang saya suka. Sejauh lagu dan musik tidak menyesatkan dan membuat seseorang bermaksiat, bahkan membangkitkan semangat dengan menghilangkan kejenuhan, maka lagu dan musik tidak bisa dihukumi haram. Lagu dan musik dihukumi sesuai isinya, bukan namanya. Yang dimaksud isi bisa seperti lirik, cara mementaskan, dan cara menikmatinya.

Saya percaya musik adalah bahasa universal yang menembus segala macam perbedaan. Musik juga adalah salah satu cara yang dipakai oleh wali ketika menyebarkan Islam, seperti halnya Sunan Bonang dengan Tombo Ati-nya atau Sunan Kalijaga dengan banyak lagu ciptaannya seperti Gundul Gundul Pacul, Lir Ilir, ataupun Lingsir Wengi dengan lirik bermakna filosofis yang dalam dan sesuai ajaran Islam.

Di zaman sekarang kita kenal banyak musik yang bernapaskan Islam, seperti nasyid, kasidah, marawis, dan gambus. Atau ada juga yang dikemas dengan sentuhan musik yang lebih populer seperti pop, dangdut, rock, ataupun rap.

Saya senang mendengarkan lagu religi yang dibuat Gigi. Begitu pun lagu dangdut dengan lirik islami dari Bang Haji Rhoma Irama. Bimbo? Jangan tanya, itu sih juaranya! Perpaduan suara lembut Kang Sam, Kang Acil, dan Kang Jaka menyanyikan lagu dengan lirik buatan Taufik Ismail selalu membuat saya merinding dan merenung.

Bukankah lagu Tuhan dari Bimbo akan membuat kita berpikir bahwa kita bukan siapa-siapa dan yang kita lakukan hanya bisa berserah kepada-Nya? Bukankah lagu Tombo Ati dari Opick, jika kita selami liriknya, itu merupakan obat untuk hati yang sedang galau dan gelisah?

Atau lagu Ketika Kaki dan Tangan Bicara dari Chrisye dengan lirik yang dibuat Taufik Ismail yang diambil dari Surat Yasin ayat 65 akan membuat kita untuk berbuat baik karena diingatkan bahwa semua nanti akan dimintai pertanggungjawaban?

Semoga musik yang kita dengarkan (terutama di Ramadan ini) adalah musik yang tidak membuat kita pendengarnya lalai akan meng-ingat Allah dan beribadah kepada-Nya. Wallahu a’lam bish shawab. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah