Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Diet Gadget

15/6/2017 08:40
Diet Gadget
(MI/Permana)

KITA sekarang hidup di saat gadget sudah menjadi kebutuhan pokok.

Jika dulu kebutuhan pokok itu hanya tiga, yaitu sandang, pangan, dan papan, nah di zaman sekarang bertambah satu lagi, charger-an.

Ngaku deh kalau kita ketinggalan gadget rasanya enggak lengkap kan hidup ini? Niscaya seharian mati gaya tuh he he.

Wajar saja sih soalnya selain sebagai alat komunikasi, gadget sebagai alat bekerja dan mencari informasi dan hiburan.

Nomor telepon teman kantor, e-mail klien, bahan presentasi, agenda kerja, sampai playlist musik kesukaan semua ada di gadget kita.

Benar apa yang dikatakan Christian Lous Lange, seorang aktivis politik dari Norwegia, bahwa 'Technology is a useful servant but a dangerous master'.

Hari itu agenda kerja saya hanya pagi dan siang saja, jadinya jam 3 sore saya sudah di rumah.

Tiada hal yang lebih membahagiakan seorang bapak di saat pulang kerja disambut anak-anaknya.

Namun, perasaan saya berkata lain, i smell something fishy seperti ada maunya nih he he.

Memang benar feeling saya, mereka berbuat baik lebih kepada saya dengan harapan mereka dipinjami gadget.

"Mumpung enggak ada bunda," kata mereka. Saya tertawa.

Mereka tahu bapaknya ini selalu 'lemah' terhadap rayuan.

Akan tetapi, untuk hal ini saya kuat.

Saya dan istri sepakat untuk melakukan diet gadget kepada anak-anak kami.

Kami hanya memperbolehkan mereka memainkan gadget di akhir pekan.

Itu pun durasinya dibatasi dan di bawah pengawasan penuh.

Kami tidak ingin mereka menjadi generasi yang menundukkan kepala bukan karena rendah hati, melainkan karena sedang main gadget.

Kami juga tidak ingin mereka piawai menjelajah dunia Minecraft, sedangkan keluar dari pagar rumah saja tidak berani.

Gadget jadi senjata andalan orangtua supaya anak anteng.

Supaya mau makan, tidak rewel di perjalanan, atau tidak ganggu pekerjaan, si anak cukup dikasih gadget beres semua urusan.

Ada penelitian dari The American Academy of Pediatrics and the Canadian Society of Pediatrics tentang anak usia di bawah 12 tahun seharusnya tidak bermain gadget.

Alasannya antara lain tertundanya perkembangan si anak karena fungsi teknologi itu untuk mempermudah hidup akhirnya jadi mengurangi pergerakan fisik.

Anak gemuk itu menggemaskan, tapi jika gemuknya karena dia anteng main gadget sehingga sangat minim aktivitas fisik, saya kira itu membahayakan.

Anak dengan tingkat kegemukan di atas rata-rata sangat mungkin terkena diabetes juga rentan terkena gangguan tidur, konsentrasi, stroke, dan serangan jantung usia dini.

Ngeri amat.

Belum lagi jika kita bicara mengenai agresivitas anak yang meningkat akibat gim yang dimainkan atau video yang ditontonnya.

Saya enggak habis pikir ada orangtua yang memperbolehkan anaknya memainkan Grand Theft Auto.

Saya saja yang sudah dewasa agak merasa terganggu oleh 'tugas' si jagoan untuk membunuh, menyiksa, sampai kekerasan seksual.

Mau tidak mau untuk 'keselamatan' anak, kita sebagai orangtua harus tega membatasi pertemuan anak dengan gadget.

Ok setelah tega lalu apalagi?

Berikutnya adalah kreatif.

Bagaimana caranya si anak tetap bisa bermain tanpa menggunakan gadget.

Untuk hal ini saya lumayan harus berpikir otak setiap hari he he.

Baca buku sudah pasti jadi salah satu caranya, mulai komik sampai ensiklopedia saya beli buat mereka.

Jika sudah bosan saya ajak bermain bola, badminton atau sepeda di halaman.

Jika di luar panas, saya ajak main board games atau menggambar di dalam rumah. Memang melelahkan, tapi harus dilakukan.

Saya tidak bermaksud menggurui, ini hanya berbagi pengalaman saja sebagai orangtua yang membesarkan anak di era digital.

Children are our future, but there is no future for children who overuse technology. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah