HUBUNGAN diplomatik Indonesia dengan Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kini memasuki fase krusial yang menuntut strategi diplomasi lebih adaptif. Rosan Roeslani, Duta Besar RI untuk AS, membawa misi menjaga momentum positif dalam perdagangan dan investasi, sekaligus memperluas akses pasar bagi produk Indonesia. Sementara itu, Febrian Ruddyard sebagai Dubes RI untuk PBB menghadapi tugas besar menjaga posisi Indonesia di forum multilateral.
Kedua duta besar tersebut dihadapkan pada dinamika global yang kompleks. Perang Ukraina–Rusia, rivalitas AS–Tiongkok, konflik di Timur Tengah, serta isu perdagangan hijau dan transisi energi menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan. Kondisi ini menuntut diplomasi Indonesia untuk mampu memainkan peran strategis dalam menavigasi kepentingan nasional di tengah berbagai ketegangan internasional.