Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Alutsista TNI AU Belum Sesuai Kebutuhan Operasional

Golda Eksa
19/1/2018 15:52
Alutsista TNI AU Belum Sesuai Kebutuhan Operasional
(ANTARA FOTO/Siswowidodo)

KONDISI alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI Angkatan Udara, dinilai masih jauh panggang dari api alias belum sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya operasi militer.

Meski demikian, prajurit pun diingatkan untuk tetap mampu melaksanakan tugas, khususnya menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan melindungi segenap bangsa.

Amanat tersebut disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto disela-sela acara serah terima jabatan Kepala Staf TNI AU, di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/1). Tongkat komando KSAU resmi berpindah tangan dari Hadi kepada Marsekal Yuyu Sutisna.

Hadi menjelaskan, kebutuhan untuk mendukung terlaksananya operasi militer itu dilihat berdasarkan eksistensi ancaman nyata, ancaman potensial, dan ancaman hibrida. Parameter tersebut juga tetap memperhatikan kemajuan dan perkembangan teknologi pertahanan, serta kondisi geografis sebagai negara kepulauan.

"Namun, dengan perencanaan pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara yang baik tentunya secara bertahap akan dapat memenuhi target minimum essential force (MEF)," ujarnya.

Saat ini proyeksi pembangunan TNI AU sudah diarahkan agar dapat mencapai air supremacy atau air superiority. Adapun sasaran yang hendak dicapai, antara lain kekuatan pemukul udara strategis untuk menghadapi dua trouble spots dalam bentuk komposit yang berisi sejumlah pesawat tempur multirole dari generasi 4,5.

Selain itu, pembangunan TNI AU juga diarahkan pada kemampuan mobilitas serta proyeksi kekuatan pada lingkup nasional, regional, dan global.

Menurut dia, sistem pertahanan udara pun akan diintegrasikan dengan matra AD dan AL dalam suatu jaringan bertempur (network centric warfare). "Pada pembangunan kekuatan selanjutnya juga akan mengaplikasikan konsep berperang dengan unmanmed combat aerial vehicle (UCAV) yang berbasis satelit," ujar Panglima.

Keberhasilan dalam menjawab sejumlah tuntutan itu, sambung Hadi, amat memerlukan peran strategis dari KSAU. Ia pun optimistis di tangan Marsekal Yuyu yang dinilai memiliki kredibilitas, kinerja cakap, serta dukungan dari berbagai pengalaman, Yuyu dapat berperan optimal untuk membawa organisasi TNI AU menjadi semakin baik.

Mantan Irjen Kementerian Pertahanan, itu membeberkan penambahan alutsista TNI AU sudah disalin dalam bentuk rencana strategis (renstra) kedua 2014-2019. Pun Marsekal Yuyu nantinya akan menindaklanjuti kebijakan tersebut dan berkoordinasi ke Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan.

Alutsista yang tengah ditunggu, seperti 11 jet tempur Sukhoi (SU-35) untuk menggantikan pesawat F5 yang sudah dikandangkan di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, serta penambahan 12 radar ground control intercept (GCI), pesawat Hercules tipe J, pesawat angkut ringan, dan sejumlah helikopter.

"Saya katakan, dalam renstra kedua alutsista TNI AU masih perlu penambahan, namun semuanya itu sudah ada di renstra," tutup Hadi. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya